Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

P e s t a

10 Juli 2016   18:49 Diperbarui: 10 Juli 2016   18:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang barulah kita bisa bermenung sebagai penulis dan/atau jurnalis. Kita boleh bertanya :

  • Sejauh mana kekuatan kreativitas kita untuk menata memanage kemungkinan adanya variable terkait dengan produk kita.?
  • Sejauh mana kreativitas kita menanggapi tantangan aktualitas, dalam memanage inspirasi dan aspirasi, berkaitan dengan peluang, momentum serta kesempatan yang ada.?
  • Sejauh mana kreativita (pengusaha) menciptakan Momentum untuk maksimal meraih keuntungan (bisnisnya).

Hari Raya.

Setiap bangsa, Negara, komunitas, kelompok besar kecil mempunyai deretan Hari Raya. Di Indonesia ini ada daftar Hari Raya Nasional, ada Hari Raya Keagamaan. Saya mencatat kata perayaan pertama sekali….dari merayakan, membuat raya atau meriah.

Pengertian “Merayakan”, “Selebrasi”,Konselebrantes,Solemnes, Meriah, Memuliakan saya tangkap pertama kali sewaktu saya belajar bahasa Latin. Dalam kalimat-kalimat latihan menterjemahkan ada kata2 itu. Celebratio adalah Perayaan Kemenangan.

Pada zaman kejayaan Negara Romawi kuno seorang Panglima Perang pulang lalu merayakan kemenangannya. Saya bayangkan bahwa budaya pesta dan makan berlebihan itu berakar dari euphoria orang pulang perang membawa harta dan perempuan. Dan situasi urban itu memupuk pandangan hedonism. Kutipan dibawah ini adalah sisa “konsep selebrasi dan euphoria” itu : “MILAN, KOMPAS.com — Pemain sayap Atletico Madrid, Yannick Carrasco, terlihat mencium seorang wanita seusai membobol gawang Real Madrid pada laga final Liga Champions di Stadion San Siro, Milan, Sabtu (28/5/2016). Usai mencetak gol, Carrasco merayakannya dengan cara yang unik. Ia melakukan selebrasi dengan berlari ke pinggir lapangan dan mencium seorang perempuan.”  (Hasil Googling spontan mencari karti kata Selebrasi.)

Dalam sejarah Mojopahit ada istilah Sadranan Agung. Raja memerintahkan penyelenggaraan  Perayaan, Kenduri Sesaji Besar untuk mendoakan dan mengenang para pahlawan sekaligus mengakui Hyang Widhi Tuhan Orang yang hidup di alam baka. Dewasa ini di Ganjuran, Yogyakarta, diselenggarakan Perayaan Missa Sadranan Agung setiap sekitar tanggal 10 Nopember atau hari Minggu terdekat dengan sepuluh Nopember, untuk mengenang dan mendoakan para Pahlawan Bangsa.

Jadi disana ada unsure perayaan kemeriahan, peringatan, kenduri, pengadaan semacam sesaji, doa, dan sebenarnya syukuran, syukur kemenangan. Sementara Peringatan bukan dalam arti “warning”, tetapi “memory”.

Pesta

Perayaan tak bisa tidak menjadi peristiwa social dan kebersamaan. Kita paham dari dulu hingga sekarang pertemuan yang dirayakan tentu sampai pada “makan bersama”. Makan, perjamuan, membawa makna Kasih dan Cinta. Symbolisasi cinta kasih dengan makan bersama ini meningkatkan makna makanan dari sekedar “Makanan yang adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi.” menjadi makanan symbol cinta kasih kebersamaan.

Komunikasi Kasih dan Cinta itu kenyataan juga yang mendasar pada hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan justru Tuhan sumber atau yang membuat terjadi adanya Kasih dan Cinta. Maka komunikasi Kasih dan Cinta juga terjadi dengan (simbolisasi) Persembahan Kurban Makanan. Daging hewan yang dibakar, makanan yang disajikan, kenduri yang diselenggarakan. Definisi/arti kata 'kenduri' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya. Selanjutnya kenduri menjadi sebuah tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun, mungkin malah sudah ribuan tahun. Salah satu tradisi yang dianut secara turun temurun adalah tradisi Kenduri (Kenduren). Dan Makanan yang disajikan sebagai penghormatan kepada Sesembahan atau Tuhannya atau moyang leluhur manusia itu biasa disebut Sesaji.

Pesta Perjamuan sekaligus Peringatan yang diangkat menjadi Peribadatan keagamaan itu lengkap ada pada Peribadatan Gereja Kristen Katholik. Pada Kristen disebut juga Perjamuan, pada Katholik disebut Missa. Mereka selain menyelenggarakan kemeriahan doa resmi Umat, juga terlebih mengenang dan memperagakan kembali untuk memperingati perjamuan Paskah terakhir Yesus dengan para rasulnya, dst. Dan Yesus sendiri mengatakan: “… perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” sehabis membagikan roti perjamuan PaskahNya itu (Lk.22,19).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun