Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Pola Dasar Kebersamaan

28 Juli 2015   13:03 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:48 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya sampai disini kita bisa menemukan hal-hal yang patut menjadi perhatian dalam kebersamaan. Dalam butir-butir tersebut diatas bisa juga dicari Visi dan Missi Kebersamaan, ketika kita diajak berfikir idealistis dibelakang meja.. Namun ketika kita berfikir fokus pada kegiatan, realisasi, dan aktivitas kebersamaan kita temukan dahulu titik-titik yang kita angkat dari kenyataan praktek pengalaman. Misalnya bagaiman pandangan dan harapan ketika mulai bergabung dalam kelompok itu.

Pola dasar Kebersamaan harus kita temukan secepatnya untuk mempercepat realisasi dan tidak terlalu lama dengan pembahasan visi misi dst. Belajar dari BMY tindakan berikutnya: Renungkan, Perbaiki, Bertindaklah segera. Dari pengalaman saya di dunia LSM, Tahap Pemetaan segera ditindak lanjuti atau dengan Pola Sukses dan SWOT atau Pola Prihatin dengan Lingkaran Kepedulian.

Maka kembali pada justru ketertarikan saya kepada masalah seputar Hardiknas dan keprihatinannya. Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap 2 Mei kembali menggedor kesadaran kita akan pentingnya pendidikan bagi bangsa ini. Apa yang kita bisa perbuat berfikir tentang tingkat intelegensi anak-anak, moral sebagian siswa yang semakin lama semakin memprihatinkan. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengahpun telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud tersebut seperti penegasan kembali pentingnya penanaman nilai-nilai luhur, budi pekerti, karakter. Sebab apa yang yang ditegaskan dalam permendikbud sebenarnya telah dilakukan oleh guru dan sekolah, tentu tidak semua. Mengapa ?
Maka masih diperlukan pendekatan persoalan ini melalui guru-guru dengan Metoda komunikatif dan efektif, menyeluruh dan sekaligus membangun kebersamaan seperti saya tulis diatas. Kebersamaan guru dalam kesamaan persepsi dan sikap yang akan berdampak kepada murid bila ada perbedaan sikap dan tanpa keteladanan. Atau kita akan menunggu sampai ada daerah-daerah yang mengalami rusaknya Kebersamaan seperti di Tolikara itu, yang cuma melihat perbedaan bukan kegiatan bersama kendati berbeda.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun