Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bhineka Tunggal Ika dan Permaafan

15 Agustus 2012   00:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Iedul Fitri dan Hari Kemerdekaan tahun ini hampir datang bersamaan. Dua hari besar yang di Indonesia seharusnya dirayakan sangat sangat istimewa. Keduanya dapat diartikan sebagai hari Kebebasan. Kebebasan dari Dosa dan keselamatan dari api neraka, dan Kebebasan dari Penjajahan.


Kedua hari itu harus dimaknai secara benar kalau mau menjadi real dan actual buat kita semua. Karena keduanya dalam arti kebebasan masih harus diisi masing-masing dengan sikap dan perilaku yang dimotivasi oleh makna yang kita hayati.


Untuk keduanya sebaiknya diambil "jembatan" sama yaitu : Permaafan dan Bineka Tunggal Ika. Permaafan menuntut toleransi dari orang yang memaafkan bagi yang mau / harus dimaafkan.

Bineka Tunggal Ika adalah semboyan NKRI yang menyangkut multikulturalisme dan tolerani pula.


Untuk Permaafan secara social budaya pernah penulis bahas di tulisan saya sebelum ini dihttp://sosbud.kompasiana.com/2010/08/25/budaya-memaafkan-dan-tidak-memaafkan/Dimana saya bahas dari pelbagai praktek budaya dan adat. Dan nampaknya masih boleh di tawarkan rumusan-2 ini :



Permaafan dapat menjadi satu sikap religiositas yang seluas "samodra".


Permaafan yang tulus dibutuhkan kearifan dalam pengambilan keputusan, kebebasan memilih antara memaafkan atau tidak memaafkan.


Permaafan tidak merupakan kekalahan. Tetapi permaafan dapat menjadi indicator keunggulan ketajaman penilaian dan kebesaran hati seseorang.




Untuk Bineka Tunggal Ika dapat ditelusuri dalam Wikipedia dan bisa dikutip bahwa Bineka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular orang Mojopahit di abat 14.

Kekawin yang mengajarkan kebersamaan pemeluk agama Hindu Siwa dengan umat Budha. Dan dalam Kakawin yang hebat ini ditunjukkan hal yang sangat mendasar. Renungi keseluruhan bait terkutip ini :


Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,

Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu,

Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

(Wikipedia/Google)


Tantular menggali dan mendasarkan kebersamaan itu pada pusat iman dua jenis pemeluk agama itu, yaitu kebenaran Jina dan Siwa yang tunggal adanya. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Kedua umat mengarah pada yang Satu dan Sama.


Indonesia tercipta diatas kawasan geografis kepulauan, iklim yang bervariasi, dan sudah berkembang secara cultural dan perkawinan sedemikian rupa sehingga terjadi bermacam macam budaya dan agama. Keanekaragaman budaya dan agama sudah menjadi keistimewaan Indonesia, ciri khas dan jatidiri kita. Realita ini bukan paksaan tetapi kemerdekaan. Sebaliknya yang mau merubah pasti harus memakai kekerasan. Toleransi yang terjadi bukan toleransi semu tetapi tolerasi keiklasan dan ketulusan peninggalan nenek moyang kita. Dan itu dilegitimasi lagi dalam pendirian NKRI dengan Kemedekaan 1945 dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika diterakan di dada Burung Garuda, lambang negara.

Contoh/referensi yang lebih actual dan inspiratif meski saya kutip dari catatan lama dari Kompas (hal/12/tg.12/3/10) bersumber pada Reuters/OKI melukiskan Syeik Mohamed Sayed Tantawi yang mempunyai pandangan-pandangan liberal dalam berbagai masalah. Banyak menunai kritik, berani berbeda dan memberi kritik juga. Misalnya disaat dunia Islam mengkritik habis-habisan larangan memakai jilbab di Prancis, beliau mengatakan tidak harus untuk negara Negara-negara bukan Muslim. Bapak Zuhairi Misrawi, bekas murid beliau, menegaskan sikap moderat Syeik Mohamed Sayed Tantawi juga ditampakkan pula dalam pemaknaan jihad secara luas. Jihad tidak hanya "perang", tetapi juga berjuang mendidik anak dan membangun keluarga yang harmonis merupakan elemen jihad yang penting. Pak Zuairi menulis: "dalam pandangannya, rasionalitas dan kemaslahatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan sebuah pandangan". Bahkan akhirnya Sayed Tantawi melarang pemakaian cadar di lingkungan pendidikan yang dia pimpin. Pemakaian cadar adalah bagian dari tradisi saja. Sikap moderat dan lentur dibutuhkan bagi pandangan keagamaan menghadapi era globalisasi ini.(sosbud/kompasiana/astokodatu /2010/03/16/pandangan dan sikap.)

Kesimpulan :

1. Binekha Tunggal Ika bukan rekayasa ideologis yang tanpa dasar, melainkan fakta sejarah dan Empu Tantular saksi sejarah Bineka Tunggal Ika

2. Budaya saling memaafkan sebagai sikap keagamaan berakar dan tertopang pada budaya masyarakat Indonesia sejak lama. Bukan sekedar toleransi tetapi kerukunan kasih tulus dan keiklasan, watak umat beriman.

3. Kedekatan momentum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan Hari Raya Idulfitri semoga mengundang kepedulian Umat bahwa NKRI masih semakin membutuhkan upaya realisasi BINEKHA TUNGGAL IKA. Watak bangsa penuh Toleransi warisan nenekmoyang tepat sekali menjadi motivasi tambahan untuk budaya saling memafkan pada hari Hari Raya Idulfitri yang berikut dirayakan.


Selamat Hari Kemerdekaan.

Selamat Hari Raya Idulfitri.

Mohon maaf lahir batin.

Berbahagialah saya boleh hidup dinegeri damai ditengah perbedaan-perbedaan......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun