Suatu ketika, disekitar tahun 1980. Sore hari penulis pulang membawa teman rekan bisnis, mas Didik. Kami dari keliling wilayah kerja. Kumal. Kusut, kendati rasanya ada kepuasan kerja. Tetapi ada yang terjadi sesampai dirumah. Dengan sigap dan nampak penuh kegembiraan isteri keluarkan secangkir kopi dan kue untuk rekan kerja suaminya. Untuk suami mana...? Sebentar dikiranya pulang sendirian...
Setelah makan malam, karena suami nampak kurang selera makan karena lelah, ada pertanyaan keluar dari isteri tercinta :
== Marah ? Cemburu ya sama Mas Didik ?
== Tidaaaak. Saya capai.
(benar juga, spontan menolak tetapi memang kendati si suami yakin akan cintanya isteri, cuma ada juga rasa tidak nyaman tentang sore itu tadi.... Suami isteri yang sudah lebih matang, jam terbangnya lebih banyak, tidak perlu mengulangi cara penyelesaian 4 - 5 tahun sebelumnya. Malu dong.)
Analisa
Seperti nampak dalam adegan ini minimal cemburu itu :
- Terkait dengan cinta, kedekatan, perhatian.
- Awal dari rasa tersaingi...
- Hawanya panas, energinya dari emosi, cenderung kurang rasional.
- Terlibat tiga persona tiga pihak,
- yang cemburu,
- yang dicemburui,
- yang menjadi alasan .
Memang bisa ada pemicu tidak langsung, seperti pembawa berita dsb, sering menjadi yang lebih efektip menciptakan kecemburuan