Akhirnya saya memang tidak memberi. Bahkan saya sempat bilang: bagaimana saya bisa ikhlas memberi orang yang dewasa, sehat, berpakaian utuh bersih, tidak mau bekerja sementara anak-anak pengamen itu sebisa-bisa mereka mau bekerja.
V. OPINI
Dua peristiwa saya hadapi dalam waktu 3-4 jam saja. . Yang pertama belum selesai saya kunyah datang yang kedua. Keduanya mutatis mutandis memberi butir-butir pembelajaran yang sama. Keikhlasan dan kemurahan hati.
1.    Permohonan kepada Tuhan yang maha pemurah. Setiap permohonan ada konsekwensinya. Manusia boleh memilih. Tetapi manusia harus bertanggung jawab, nampak dalam gambaran umur.
2.    Permintaan kepada saya, diminta keikhlasan. Saya saat itu sudah harus berfikir, memilih antara memberi dan tidak memberi.
3.    Kemurahan Tuhan saya pastikan, tanggung jawab saya upayakan. Keikhlasan saya saya ragukan, tanggung jawab orang lain saya sangsikan.
4.    Pembelajaran ini saya kira bukan saja ilmu interdisipliner, tetapi renungan inter agama...(maksud saya untuk semua agama)
Refleksi postingan saya sebelum ini yang mendukung tulisan ini:
http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/10/sebuah-pengakuan-ramadhan-bagi-saya/
Saya sarankan baca dari rekan-rekan kompasioner dibawah ini:
Irsyam Syam : Â Â http://agama.kompasiana.com/2010/08/10/sedia-kubur-sebelum-mati/