Mohon tunggu...
Asti Pravitasari
Asti Pravitasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Freelance

apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (Mazmur 8:5)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Seorang Pelukis

7 Oktober 2023   20:26 Diperbarui: 7 Oktober 2023   20:44 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuas yang telah usang kau usapkan ada kanvas. Beberapa jam kau asyik memberi warna yang indah. Tak peduli ada yang menunggumu dengan sabar di belakangmu.

Lelaki kurus tinggi itu bertanya padamu, "Angela, sampai kapan kau melukis wajahku? Apakah tidak ada waktu lain untuk menyelesaikannya?"

Kau tak memedulikan pertanyaannya. Kau meneruskan lukisan wajah lelaki yang bernama Ernan itu. Bahkan, kau tak memandang wajahnya. Kau melukisnya hanya dengan foto yang sudah lama kau simpan.

Lelaki itu maju ke hadapanmu. Dia kembali bertanya, "Angela, kenapa kau tak memedulikan aku lagi? Apakah bagimu, aku sudah tak ada?"

Angela yang tak tahan lagi menjawabnya, "Bukankah yang tersirat melalui sikapku sudah bisa menjawab pertanyaanmu?"

Tetapi, Ernan tidak puas pada jawabanmu. Dia ingin kejelasan atas pertanyaannya yang tidak kau katakan secara langsung.

"Ayolah, Angela. Kenapa kau jadi bersikap dingin? Padahal, kau melukis wajahku. Tetapi, kau memilih untuk mendiamkan ku." Ernan memegang erat tanganmu. Kau langsung menampik tangannya itu.

Lalu kau berkata dalam hati, "Ernan, seandainya kau tahu bahwa sebentar lagi aku harus melakukan hal yang membuat kau berduka sekian waktu lamanya."

"Angela, apakah kau mau aku mati penasaran karena penyakit jantungku semakin parah?"

Tak ada jawaban atas pertanyaan bodoh itu. Kau hanya memendam air mata yang kau cegah agar tidak menetes ke pipimu.

Ernan yang menjadi tidak sabar karena kau tak segera menjawabnya, memilih untuk pulang dengan muka muram dan panas hati.

Saat dia pulang, air matamu akhirnya menetes membasahi pipimu. Kau ucapkan doamu kepada Tuhan. Kau persiapkan diri untuk apa yang akan terjadi, yang menghasilkan kesembuhan jantung Ernan.

--

Ernan datang ke pemakamanmu. Dia sangat berduka karena tiba-tiba kau meninggal tanpa ada yang memberitahu sebabnya. Yang jelas dia hanya tahu kalau setelah kematianmu, jantungnya yang sakit jadi sehat.

Bunga-bunga dan hasil lukisan terakhirmu terpajang di sisi makammu. Ernan duduk di depan lukisan itu dan semakin berduka. Padahal, dia sudah menanti-nanti saat dia dapat bersanding denganmu di mahligai cinta.

--

Karanganyar, 7 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun