Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan / fondasi utnuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukandugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian. Sehingga para penelitidapat menggelompokkan, mengalokasikan mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti (Moleong, 2007).
PEMBAHASAN
A. Respon Indonesia terhadap Fluktuasi Harga Komoditas Global
Analisis terhadap kebijakan perdagangan internasional Indonesia dalam merespons fluktuasi harga komoditas global, khususnya pada kasus krisis ekonomi global yang memengaruhi ekspor produk unggulan seperti kelapa sawit dan kopi, menjadi aspek kritis dalam pemahaman dinamika perdagangan negara ini. Krisis ekonomi global, seperti yang terjadi pada tahun 2008, menimbulkan dampak signifikan terhadap pasar internasional, termasuk pasar komoditas. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar kelapa sawit dan kopi di dunia, mengalami tantangan besar ketika harga komoditas turun drastis (Yuni & Hutabarat, 2021).
Pada masa krisis ekonomi global, harga komoditas cenderung mengalami penurunan tajam karena menurunnya permintaan global. Misalnya, harga kelapa sawit, yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia, mengalami penurunan signifikan sebagai dampak langsung dari penurunan permintaan internasional. Hal ini tidak hanya memberikan tekanan ekonomi pada para petani dan pelaku usaha di sektor kelapa sawit, tetapi juga menciptakan tantangan ekonomi bagi pemerintah Indonesia. Dalam merespons fluktuasi harga komoditas, pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi dampak negatif dan menjaga stabilitas ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah diversifikasi pasar ekspor, mencari peluang di pasar non-tradisional, dan meningkatkan nilai tambah produk ekspor. Sebagai contoh, pemerintah berupaya memasarkan produk kelapa sawit dan kopi ke negara-negara di luar pasar konvensional, seperti negara-negara di Amerika Latin dan Timur Tengah. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas produk, diversifikasi produk, dan memperluas penggunaan kelapa sawit dan kopi dalam berbagai industri. Misalnya, promosi produk hilir kelapa sawit seperti minyak kelapa sawit berkelanjutan atau produk kopi berkualitas tinggi menjadi fokus dalam upaya meningkatkan nilai tambah. Dengan cara ini, pemerintah berharap dapat menciptakan ketahanan ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada harga komoditas global yang fluktuatif (Amanda & Aslami, 2022).
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas tidak hanya berasal dari faktor eksternal, tetapi juga faktor internal seperti kebijakan dalam negeri dan tata kelola sektor komoditas. Perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung diversifikasi dan peningkatan daya saing produk komoditas Indonesia di pasar internasional (Malian, 2004).
Analisis kebijakan perdagangan internasional Indonesia terkait dengan respon terhadap fluktuasi harga komoditas global, terutama dalam konteks krisis ekonomi global, mengungkapkan pentingnya strategi diversifikasi dan peningkatan nilai tambah produk ekspor. Pemerintah perlu terus memperkuat langkah-langkah ini sambil mempertimbangkan dinamika pasar global dan meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk mencapai ketahanan ekonomi yang lebih baik.
B. Dampak COVID-19 terhadap Dinamika Perdagangan Internasional
Dampak pandemi COVID-19 terhadap dinamika perdagangan internasional Indonesia, khususnya dalam konteks penurunan permintaan ekspor dan terganggunya rantai pasokan, menjadi fokus utama analisis untuk memahami bagaimana negara ini menghadapi tantangan serius ini. Pandemi COVID-19 telah menciptakan kekacauan ekonomi global dengan lockdown dan pembatasan mobilitas yang signifikan. Sebagai negara yang sangat tergantung pada ekspor, Indonesia mengalami dampak yang signifikan pada sektor ekspor utamanya seperti tekstil, alas kaki, dan komoditas pertanian (Parulian dkk., 2020).
Penurunan permintaan ekspor, terutama dari mitra dagang utama seperti Tiongkok dan negara-negara Eropa, menghadirkan tantangan baru bagi perekonomian Indonesia. Sektor industri manufaktur, yang telah menjadi tulang punggung ekspor Indonesia, mengalami penurunan pesanan yang tajam sebagai akibat dari berkurangnya permintaan global. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam sektor ini terutama terpukul karena mereka cenderung memiliki ketergantungan tinggi pada pasar ekspor. Gangguan pada rantai pasokan global juga menjadi perhatian serius. Pembatasan mobilitas dan lockdown di berbagai negara menyebabkan terhentinya produksi dan distribusi, yang kemudian berdampak pada ketersediaan bahan baku dan barang jadi. Hal ini dapat terlihat dalam sektor elektronik, otomotif, dan tekstil, yang merasakan dampak langsung dari ketidakpastian pasokan. Pemerintah Indonesia merespons situasi ini dengan langkah-langkah kebijakan untuk mengatasi dampak pandemi pada perdagangan internasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat konektivitas digital dan pemanfaatan teknologi informasi untuk memfasilitasi perdagangan dan logistik. Inisiatif ini bertujuan untuk meminimalkan gangguan pada rantai pasokan dan mempercepat proses ekspor-impor (Parulian dkk., 2020).
Pemerintah juga berupaya untuk diversifikasi pasar ekspor, mencari peluang di pasar-pasar baru, dan memperkuat kerjasama ekonomi regional. Misalnya, peningkatan kerjasama dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara yang tergabung dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada mitra dagang tertentu. Namun, dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk mencermati ketidakpastian global yang masih terus berlangsung. Varian baru virus, fluktuasi kebijakan pemerintah terkait pembatasan, dan ketidakpastian ekonomi global dapat mempengaruhi kemampuan Indonesia untuk pulih dari dampak pandemi. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan internasional perlu terus diperbarui dan disesuaikan dengan perkembangan terkini, dengan memperhatikan keseimbangan antara menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi masyarakat dari risiko kesehatan (Amanda & Aslami, 2022).
Pandemi COVID-19 telah menyajikan tantangan yang luar biasa bagi perdagangan internasional Indonesia. Meskipun pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak negatifnya, perlu terus dilakukan evaluasi dan penyesuaian kebijakan untuk memastikan ketahanan ekonomi jangka panjang. Sinergi antara kebijakan dalam negeri dan kerjasama internasional menjadi kunci untuk membawa Indonesia keluar dari dampak pandemi dan membangun kembali daya saing ekonominya di panggung global.
C. Upaya Indonesia untuk Mengurangi Ketergantungan pada Ekspor Komoditas Tertentu
Analisis terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas tertentu dan mendiversifikasi portofolio ekspornya menjadi esensial dalam menghadapi dinamika perdagangan internasional. Kasus ketergantungan pada ekspor komoditas seperti kelapa sawit dan kopi menciptakan tantangan signifikan terkait dengan fluktuasi harga komoditas global. Peningkatan permintaan global terhadap kelapa sawit pada beberapa tahun terakhir membuat Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam pasar ini. Namun, ketidakpastian harga dan risiko lingkungan seputar produksi kelapa sawit telah menyoroti urgensi diversifikasi ekonomi (Dewi, 2019).
Pemerintah Indonesia merespons tantangan ini dengan mengimplementasikan kebijakan untuk mendorong diversifikasi sektor ekonomi. Salah satu contoh kebijakan yang diambil adalah peningkatan fokus pada sektor industri kreatif dan teknologi informasi. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor ekspor komoditas dan meningkatkan nilai tambah dalam ekonomi nasional. Pemerintah berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur teknologi, memberikan insentif untuk perusahaan rintisan (start-up), dan memfasilitasi kerjasama antara sektor swasta dan institusi pendidikan untuk memacu inovasi. Selain itu, kebijakan untuk mendiversifikasi pasar ekspor juga menjadi fokus strategis. Pemerintah berupaya untuk mencari peluang baru di pasar non-tradisional dan memperkuat kerjasama ekonomi dengan negara-negara mitra. Keterlibatan aktif Indonesia dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) adalah contoh nyata dari upaya untuk membuka akses ke pasar yang lebih luas dan menciptakan peluang ekspor baru (Dewi, 2019).
Peningkatan investasi dalam riset dan pengembangan juga menjadi bagian integral dari strategi diversifikasi ekonomi. Pemerintah berupaya memacu inovasi dalam sektor-sektor yang memiliki potensi untuk menjadi pilar ekonomi baru, seperti industri manufaktur tinggi, teknologi hijau, dan bioteknologi. Langkah ini diarahkan untuk menciptakan keunggulan komparatif dan kompetitif dalam pasar global, sekaligus mengurangi risiko dari fluktuasi harga komoditas. Meskipun demikian, perlu diakui bahwa upaya untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas dan mendiversifikasi portofolio ekspor merupakan tantangan yang kompleks. Ini melibatkan perubahan struktural dalam ekonomi dan memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Perubahan kebijakan dan regulasi yang mendukung lingkungan bisnis yang kondusif perlu diterapkan untuk merangsang investasi dan pertumbuhan sektor-sektor baru.
Analisis terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas dan mendiversifikasi portofolio ekspor mengungkapkan upaya serius untuk menciptakan ketahanan ekonomi jangka panjang. Diversifikasi ekonomi menjadi langkah strategis untuk mengatasi risiko fluktuasi harga komoditas global dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing di tingkat internasional.
SIMPULAN
Kesimpulan dari analisis upaya pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas dan mendiversifikasi portofolio ekspor menunjukkan langkah-langkah positif untuk menciptakan ketahanan ekonomi. Fokus pada industri kreatif dan teknologi informasi, pembukaan peluang ekspor baru, serta partisipasi dalam RCEP menjadi langkah strategis. Untuk meningkatkan efektivitas, perlu memperkuat implementasi kebijakan, mendorong investasi inovatif, dan meningkatkan literasi digital. Dukungan pada sektor swasta, infrastruktur teknologi, dan penyesuaian berkelanjutan terhadap dinamika ekonomi global menjadi kunci untuk menciptakan fondasi ekonomi yang beragam, tangguh, dan inovatif di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, N. S., & Aslami, N. (2022). Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional. Journal Economy And Currency Study (JECS), 4(1), 14--23.
Dewi, E. (2019). Analisis kebijakan swasembada beras dalam upaya peningkatan ketahanan pangan. Jurnal Agribis, 5(2), 29--42.
Malian, A. H. (2004). Kebijakan perdagangan internasional komoditas pertanian Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 2(2), 135--156.