Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bersyukurlah Ada Warteg (Refleksi Krisis KFC)

26 Februari 2018   03:23 Diperbarui: 26 Februari 2018   07:10 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, bagi Anda yang hidup di Indonesia, bersyukurlah ada warteg. Tak hanya warung tegal, kita musti bersyukur juga ada warung padang, warung jawa, warung mie ayam dan warung-warung lain. 

Bayangkan jika Anda hidup di Inggris. Mungkin saat ini Anda tengah ikutan pusing kepala karena krisis ayam KFC. Yep, jika ada isu sosial besar yang sedang merundung publik Inggris 2 minggu belakangan, tak lain adalah KFC. Social media Inggris selama beberapa waktu ini dipenuhi cuitan dengan hashtag #kfccrisis.

Restoran waralaba ayam goreng ini sejak pertengahan Februari lalu terpaksa menutup separuh dari 900 outlet-nya di Inggris Raya. Kalau pun ada yang buka, outlet-outlet tersebut hanya melayani menu terbatas.

Akibatnya, para penggemar ayam goreng sang kolonel asal Kentucky ini meradang. Tak hanya pelanggan dibuat pusing dengan susahnya mendapatkan ayam goreng KFC, pihak kepolisian pun dibuat kelimpungan. Pasalnya, tak sedikit orang yang menelpon kantor polisi mengeluhkan susahnya membeli ayam goreng KFC.

Apa yang terjadi sampai persoalan?

Menurut kabar, krisis KFC berawal dari keputusan mengganti perusahaan logistik yang menjadi partner distribusinya. Dari Bidvest Logistics ke DHL. Sialnya, penggantian ini tak berjalan mulus, salah satunya disebut karena DHL memusatkan distribusi dari satu gudang utama di Rugby, alih-alih mempertahankan skenario 6 gudang sebagaimana digunakan perusahaan sebelumnya.

Akibatnya fatal. KFC tak hanya musti menanggung kerugian jutaan poundsterling karena tutupnya outlet-outlet penjualan, namun juga musti menghadapi kemarahan pelanggan setianya. Brand image yang dibangun bertahun-tahun pun tercoreng karena keputusan yang diniatkan untuk mengurangi beban perusahaan di sisi logistik ini.

Anyway, kenapa bisa sampai segitunya publik meradang soal KFC? Kan mereka bisa makan di tempat lain? Emang tidak ada warung atau restoran buka? Mungkin Anda bertanya seperti ini.

Well, sedikit beda dengan di Indonesia, restoran waralaba macam KFC atau McDonald's bisa dibilang jadi andalan dan tak tergantikan. Meski banyak restoran lain, namun dengan pertimbangan harga, tak ada yang bisa mengalahkan KFC atau McDonald's. 

Bayangkan, jika Anda masuk ke restoran standar untuk makan siang, paling tidak musti merogoh kocek 10 - 15 poundsterling, sekitar 170 - 250 ribu rupiah. Sementara, di KFC Anda cukup membayar separuhnya. Di luar soal harga, keberadaannya di hampir setiap sudut kota, menjadikannya pilihan favorit banyak orang. Belum lagi rata-rata outlet KFC buka dari pagi sampai hampir tengah malam. 

Bandingannya kalau di tanah air, ya warteg. Murah, mudah ditemui, buka setiap saat dan menunya masuk ke lidah hampir semua orang. 

So, moral story-nya adalah, bersyukurlah kita punya warteg di mana-mana. Beruntung juga warteg kita bukanlah waralaba yang dikelola satu pihak, sehingga rawan krisis macam KFC. Dan next time Anda masuk ke warteg untuk sarapan, makan siang atau makan malam, ingatlah jasa baik mereka yang selalu ada untuk mengisi perut Anda. 

Dan jangan lupa, ucapkan terima kasih kepada penjualnya. Karena seringkali, kita lupa bahwa keberadaan mereka vital bagi kehidupan kita.

*PS. Hingga hari ini, krisis ayam KFC masih terjadi. Siapa tau ada yang berminat membuka warteg di sini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun