Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alasan Kita (Masih) Buang Sampah di Sungai Menurut Kajian Filsafat Arsitektur

18 Februari 2018   21:00 Diperbarui: 19 Februari 2018   18:07 4919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Lalu bagaimana solusinya?

Menurut Roedyanto Soesilo, di luar perkara teknis arsitektur dan tata ruang, butuh adanya pemahaman akan local wisdom macam ini jika ingin mengentaskan perkara banjir Jakarta, khususnya terkait kebiasaan buang sampah di sungai. 

Tentu penting membuat saluran gorong-gorong, atau kawasan resapan, atau pompa air, namun mengakomodasi pandangan dunia sebagian besar warga urban Jakarta dan mendayagunakannya secara positif untuk meminimalisasi efek kebiasaan buang sampah perlu mendapat perhatian lebih.

Karena sebuah kota yang baik tak hanya kota yang menyediakan ceruk-ceruk modern dengan segala fasilitas untuk warganya yang berpunya, namun juga posibilitas dan layanan publik untuk memberi ruang hidup bagi warga yang tak berada. Ujungnya menciptakan dan menjaga harmoni bagi setiap warga, tak peduli latar belakang sosial dan ekonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun