Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Hidup di Kota Buruk untuk Kita?

5 Desember 2017   02:05 Diperbarui: 5 Desember 2017   16:06 2855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup di Desa. Sumber: goodmorningfun.com

Yes, ini adalah kondisi umum di hampir semua kota. Mungkin karena mereka yang hidup di dalamnya adalah pendatang, individualisme dan acuh tak acuh adalah norma yang mengatur.

Daftar ini bisa kita lanjutkan hingga belasan halaman. Apalagi kalau kita mau bicara kasus spesifik seperti Jakarta, di mana problem sosial, ekonomi, hukum, budaya dan lain sebagainya menghampar di setiap sudut. 

Kemacetan, buruknya transportasi publik, fasilitas umum yang minim, kejahatan dan buruknya keamanan, premanisme, birokrasi yang lamban, hingga problem tawuran siswa dan warga adalah beberapa di antaranya.

Hidup di Desa. Sumber: goodmorningfun.com
Hidup di Desa. Sumber: goodmorningfun.com
Dengan berbagai kondisi buruk seperti di atas, pertanyaan besar yang mustinya kita sampaikan adalah, mengapa masih saja hidup di kota? Kenapa tak pindah atau kembali ke desa, ke kampung halaman--buat yang punya--dan menjalani hidup yang 'lebih nyaman' di sana?

Tak usah Anda jawab ke saya. Cukup jawab untuk diri Anda sendiri. Mungkin, luangkan waktu untuk memikirkannya. Toh pada akhirnya, apa yang kita kejar dalam hidup selain kebahagiaan hidup itu sendiri. Dan pastinya, kebahagiaan macam apa yang didapat dari berdesak-desakkan di kota semacam Jakarta.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip slogan kampanye seorang mantan Gubernur Jawa Tengah; Bali Ndeso, Mbangun Deso. Ayo kembali ke desa, Ayo membangun desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun