Mereka yang tinggal di kota semacam Jakarta pasti pernah mengeluh tentang betapa buruk dan menyebalkannya hidup di ibu kota. Jika tidak sering, bisa jadi malah selalu mengeluh. Saya termasuk satu di antaranya, mungkin begitu pula dengan Anda, dan jutaan Jakartans lainnya.
Namun, dengan berbagai alasan--serta lebih sering pembenaran--banyak dari kita berbondong-bondong menyesakinya. Sehingga keluhan satu berlanjut keluhan berikutnya, berlanjut keluhan lainnya, bagaikan siklus tak berawal apalagi berakhir.
Ada sebuah artikel menarik di Business Insider yang mencatat daftar berbagai alasan mengapa hidup di kota buruk bagi kita. Berikut saya sarikan untuk Anda. Silahkan cocokkan dengan kondisi di kota tempat tinggal Anda, siapa tau benar adanya.
1. City life literally makes us crazy
Yep, kehidupan kota membuat kita gila. Penelitian National Institute of Health (NIH), Amerika Serikat, pada 2010 menyebut, mereka yang tinggal di perkotaan mempunyai resiko 21% lebih tinggi mengalami anxiety disorder serta 39% lebih tinggi mengalami mood disorder dibanding warga pedesaan.
Coba tengok sekitar kita, apakah Anda, kerabat, kawan atau kolega di kantor menunjukkan kepanikan berlebihan dan atau perubahan mood tiba-tiba? Kalau di Jakarta, khususnya di jalanan--khususnya saat macet--kedua hal ini menemukan wujudnya secara nyata.
2. Semua hal memburu di kota
Pernahkah Anda merasakan kalau hidup terasa berjalan cepat saat di kota besar, sementara waktu Anda pulang kampung atau berlibur ke luar kota segalanya terasa lebih lamban?
Hal ini terkait dengan apa yang disebut sebagai pace of life. Di mana di perkotaan, alur kehidupan bergerak lebih cepat dibanding pedesaan. Alur yang cepat ini, menjadi salah satu pemicu berbagai problem mental sebagaimana disebut sebelumnya.
3. Polusi di kota membunuh
Adalah rahasia umum, bahwa udara di perkotaan dipenuhi polusi, yang ujungnya buruk untuk kesehatan warganya. Tengok sendiri di Jakarta dengan jutaan kendaraan bermotor bersliweran setiap harinya.Â