Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melirik Sistem Pendidikan Dasar di Inggris

25 November 2017   03:05 Diperbarui: 25 November 2017   03:22 7327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Dasar Inggris. Sumber: stmichaelsprimary.bournemouth.sch.uk

Ohya, yang butuh  dicatat, salah satu prasyarat mendaftar sekolah adalah adanya alamat  tinggal tetap, serta penentuan sekolah yang bisa dipilih berdasarkan  radius tempat tinggal. City council akan menggunakan alamat ini sebagai  patokan serta tujuan korespondensi saat mengirimkan surat tawaran  sekolah. Dalam kasus kami, pilihan rumah tinggal kami ambil mengacu pada  target sekolah terdekat yang kami inginkan. 

So, setelah semua  prasyarat teknis soal tempat tinggal, eligibilitas status, serta lain  sebagainya terpenuhi, kami pun mengajukan pendafataran sekolah untuk Mas  Azka dan Dek Oki. Ternyata, tidak langsung kami bisa mendaftarkan  keduanya. Mas Azka didaftarkan terlebih dulu, dengan 3 pilihan sekolah  dasar yang available, namun kami menargetkan St Michael's Primary School  sebagai opsi utama, karena pertimbangan lokasi dan rekomendasi kualitas  dari kawan sesama warga Indonesia.

Tak butuh waktu lama hingga  kami mendapat konfirmasi dari City Council bahwa Mas Azka diterima di  sekolah tersebut, untuk kemudian aplikasi sekolah Dek Oki pun diproses.  Ada kebijakan di sini, bahwa anak yang mempunyai saudara yang sudah  diterima di suatu sekolah akan lebih diprioritaskan masuk ke sekolah  sama.

Ok, long story short, mulailah kedua anak kami bersekolah.  Mas Azka masuk kelas 5 (year 5), sementara Dek Oki di kelas 4. Mereka  mendapatkan kelas dengan guru wali yang menurut saya luar biasa. Sangat  helpful, pengertian dan encouraging terhadap kedua anak kami, yang jujur  mesti sudah kami persiapkan khususnya soal bahasa, namun tetap nervous dengan sekolah barunya.

Mereka bergabung dengan kelas yang isinya  anak-anak dari latar belakang beragam. Anak warga lokal bercampur  dengan anak-anak imigran dari berbagai negara; Polandia, Romania, Arab,  Mesir, India, Pakistan, Spanyol, Portugis dan masih banyak lagi.  Dikarenakan tak semua anak menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu,  maka sekolah memberikan layanan Lingo Lab, berupa kelas bahasa tambahan.  Dek Oki musti ikut kelas ini, sementara Mas Azka, ajaibnya tidak.

Mata pelajaran di sekolah pun sedikit beda dengan di Indonesia. Saya  mencatat hanya ada beberapa mata pelajaran wajib, yaitu Math, Science, English serta PE, alias olah raga. Pelajaran lain di sela-sela  keempatnya adalah Bahasa Prancis, untuk Dek Oki, Music dan Arts, juga  Renang, untuk Mas Azka. Ohya, satu lagi, karena St Michael's berada di  bawah naungan Church of England (CE), terdapat pelajaran agama, atau  lebih tepatnya komparasi agama. Di mana anak dikenalkan terhadap beragam  agama yang ada, tak hanya ajaran Kristen, namun juga Yahudi, Islam,  Hindu, Buddha dan sebagainya.

Yang menarik dalam metode  pembelajaran di sini, selain jumlah mata pelajaran yang tak sebanyak di  Indonesia adalah cara pengajarannya. Diskusi menjadi model utama belajar  mengajar. Anak-anak diberi topik sesuai mata pelajarannya, kemudian  diajak berdiskusi, menyampaikan pendapat dan saling mengkritisi. Mereka  pun diberi penekanan untuk berpikir logis. 

Kemudian, pada  pelajaran Math khususnya, secara level yang diajarkan jauh dibanding di  Indonesia. Bayangkan, kelas 5 SD masih belajar perkalian, pembagian,  bilangan desimal dan sejenisnya, yang seingat saya, kalau di Indonesia  diajarkan di kelas-kelas lebih rendah. Namun, ada sisi menarik, meski  levelnya tertinggal, anak diajarkan beragam teknis penyelesaian kasus  matematis, berbeda dengan di kita yang umumnya hanya 1 cara yang dipelajari.

Ketika kami menanyakan alasan pengajaran model ini,  Ms. Bruggman, guru wali Mas Azka menyebut bahwa adalah kebijakan  Kementerian Pendidikan Inggris untuk memberikan sebanyak mungkin  alternatif teknis penyelesaian soal, untuk kemudian anak didik memilih  sendiri mana yang paling cocok dengan dirinya. Selain itu, menurut sang  wali kelas, pendidikan dasar di sini memberi penekanan pada proses  penyelesaian kasus, alih-alih pada hasil akhirnya. Sebuah pola pikir  yang saya pandang menarik, dan mungkin bisa sedikit banyak kita adopsi. 

Yang tak kalah menarik dari pendidikan dasar di sini adalah, perkara  penilaian. Jika di Indonesia, kita umumnya menilai anak dalam kelompok  kelas, di mana hasil ujian menjadi penentu peringkat, maka di sini tidak  ada yang namanya ranking kelas. Setiap anak diberi penilaian bukan  dalam konteks komparasi dengan kawan-kawan sekelasnya, namun dengan  dirinya sendiri di periode pembelajaran sebelumnya.

Hal ini  dikuatkan dengan sistem pemberian merit dan awards. Di mana, setiap  achievement personal seorang anak, di mana yang bersangkutan berhasil  mencapai peningkatan baik secara intelektual maupun sosial, akan  diberikan merit point serta award. Tak butuh waktu lama untuk Mas Azka dan Dek Oki mengoleksi merit point mereka serta mendapatkan award,  khususnya Math dan English champion of the week. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun