Masih ingat saat di sekolah dasar, dan mungkin juga SMP atau SMA, di mana kebanyakan siswa Indonesia dijejali dengan berbagai hafalan mata pelajaran. Siapa nama tokoh, kapan lahirnya, rumus ABC, nama-nama unsur kimia, hingga berbagai istilah teknis yang terkadang membuat kita bertanya, apa guna itu semua.
Well, Anda tidak sendiri, karena metode belajar mengajar dengan menghafalkan ini banyak diterapkan di dunia pendidikan negara-negara dunia ketiga, salah satunya Indonesia. Dan sepertinya, hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa sumber daya manusia kita seringkali kurang mampu bersaing dengan mereka dengan latar belakang pendidikan negara maju.
Prof Marty menekankan pentingnya memahami konsep suatu hal yang dipelajari. Konsep akan bertahan lama dalam memori kita, sementara hafalan tentang fakta atau data bisa dicari dan dicross-check lewat referensi, atau kalau anak sekarang lebih memilih Google.
Cobalah saat Anda mempelajari sesuatu, cari tahu apa konsepnya, pahami ide dan alasan di balik informasi tersebut, dan lakukan simulasi terhadapnya. Bayangkan kasus riil terkait konsep tadi sehingga pikiran Anda terasah dan ingatan Anda akannya terpatri lebih dalam.
Belajar Bersama
Kapan terakhir Anda belajar bersama? Atau, kapan terakhir Anda berdiskusi dengan teman, kolega atau ahli suatu bidang yang tengah dipelajari?
Belajar, menurut Prof Marty, akan lebih efektif jika dilakukan bersama, atau setidaknya saat Anda menemukan kesulitan memahami suatu hal, Anda sebaiknya mencari orang lain untuk mendiskusikannya. Orang lain seringkali bisa menjelaskan hal yang Anda anggap susah dipahami, atau memberikan perspektif berbeda dari yang Anda punyai.
Jangan malu untuk belajar bersama, jangan anggap belajar kelompok hanya dilakukan anak SD atau SMP. Cari partner diskusi, karena seperti yang diyakini Hegel, proses dialektika, di mana thesis, antitesis dan sintesis berlangsung merupakan prasyarat kemajuan, termasuk dalam belajar.
Jangan Highlight Catatan Terlalu Banyak
Coba ingat, seberapa banyak highlight di buku yang kita baca atau di catatan yang kita buat. Stabilo warna-warni; kuning, hijau, merah banyak kita pakai untuk menggarisbawahi point-point yang ada di teks. Saking seringnya menggunakannya, terkadang sebagian besar teks tersebut menjadi berwarna-warni.
Apa akibatnya? Kita kehilangan fokus mana yang penting dan mana yang kurang penting. Prof Marty menyarankan, hanya highlight kata atau kalimat yang benar-benar menjelaskan konsep yang kita pelajari. Lainnya, biarkan seperti adanya.
Bedakan Recognizing & Recalling
Hal lain yang umum terjadi adalah, kita sering salah mengenali recognizing dan recalling. Ambil contoh, Anda lihat majalah atau koran di rumah yang pernah dibaca sebelumnya. Saat Anda kembali membuka halaman majalah atau kota tersebut, Anda ‘merasa’ mengenali isinya, sehingga Anda menganggap punya ‘ingatan’ (recalling). Yang terjadi sebenarnya Anda mengenali (recognizing) isi halaman tersebut.
Untuk menguji hal ini, saat Anda sampai di suatu halaman, coba sebutkan apa isi halaman sesudahnya? Jika Anda benar-benar mempunyai ingatan (recalling), maka semestinya Anda bisa menyebut isi halaman berikutnya tersebut.