Mohon tunggu...
Astatik Bestari
Astatik Bestari Mohon Tunggu... Guru - Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pendiri Yayasan Bestari Indonesia. Domisili di Jombang Jawa Timur. Pengelola PKBM Bestari Jombang Jawa Timur. Guru MTs Darul Faizin Catakgayam Mojowarno Jombang Jawa Timur Ketua 2 DPP FTPKN Ketua bidang Peningkatan Mutu PTK DPW FK-PKBM Jatim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhenti Berharap Kembali ke Masa Lalu

29 Januari 2021   15:17 Diperbarui: 29 Januari 2021   15:30 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wabah Corona sudah melanda dunia setahun ini. Artinya, tiap orang telah banyak mendapatkan pengalaman hidup selama setahun tersebut. Perubahan hidup sedikit banyak telah berubah. Tidak mengubah pola hidup, bisa saja ketinggalan dengan orang lain.

Masih menganggap bahwa proses hidup selama pandemi Covid-19 ini sama dengan sebelum pandemi akan mengurangi semangat ikhtiar beradaptasi di era kebiasaan baru yaitu era pandemi Covid-19.

Begitu juga jika terbuai dengan masa sebelum pandemi hingga merindukan masa tersebut, dan memiliki keyakinan akan kembali ke masa sebelum pandemi itu, akan berakibat mengurangi semangat beradaptasi di era pandemi Covid-19. 

Setahun bukan rentang waktu singkat untuk memunguti pengalaman demi pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Pengalaman yang pasti dirasakan warga dunia dengan pola hidup yang sama adalah bertahan beraktivitas di dalam rumah.

Mengingatkan kembali, meskipun tidak diingatkan para pembaca pasti sudah tahu, karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Pandemi Covid-19 ini menimbulkan aturan baru dalam hidup bermasyarakat. Aturan yang langsung berkaitan dengan protokol pencegahan Covid-19. Gerakan 3 M ( Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan pakai sabun) dan gerakan 3T (Tracing, Testing, Treatment).

Dilansir dari portal kontan.co.id (26/1/2021) bahwa pencegahan Covid-19 menurut epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman seharusnya protokol pencegahan Covid-19 tidak saja melaksanakan 3M tapi menjadi 5M ( gerakan 3M ditambah Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas). 

Jika warga dunia khususnya masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan bertahan di dalam rumah, misalnya bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah banyak yang menaati, akan sedikit jumlah kerumunan di luar rumah dan mobilitas di luar rumah. Di antara yang di luar rumah hanya mereka yang benar-benar bisa hidup jika beraktivitas di luar rumah.

Jika warga dunia khususnya Karya hasil belajar siswa di era pandemi Covid-19 Indonesia menahan diri tidak ikut-ikutan memandang sinis mereka yang taat protokol pencegahan Covid-19, akan banyak masyarakat menaati protokol pencegahan Covid-19. Menghilangkan stigma negatif bagi yang terpapar maupun penyitas dan menggantinya dengan sikap empati, sungguh membangun pola pikir bijak menghadapi pandemi Covid-19 ini. 

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun. Ini adalah kepastian tahapan hidup yang ditakdirkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dijalani manusia.Tidak bisa hanya berserah dalam menjalaninya, tetapi perlu banyak ikhtiar. Gusti Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan pandemi Covid-19 ini pasti memiliki maksud. Maksud yang nampak jelas di tengah wabah ini adalah agar manusia mengubah pola hidupnya.

Semua sudah dalam skenarioNya. Pandemi Covid-19 tidak diturunkan oleh Allah SWT pada jaman sebelum kemajuan teknologi, melainkan ketika teknologi begitu maju dan hampir warga dunia bisa menggunakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi itu. Untuk bertahan hidup di masa pandemi Covid-19 ini pun alatnya adalah penguasaan teknologi tersebut. Klop, cocok, bersesuaian bukan?

Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki perangkat teknologi dalam hal ini tentu saja perangkat teknologi digital? Mungkin menjadi bijak jika bantuan-bantuan dari pemerintah maupun swasta diarahkan kepada masyarakat golongan ini. Kejujuran di sini dibutuhkan. Jika memang berada dalam kondisi mampu menjalani hidup tanpa bantuan pemerintah, ya tidak perlu mendaftarkan diri sebagai penerima bantuan.

Lagi pula, jika warga masyarakat yang dimampukan oleh Allah dengan fasilitas yang mencukupi bisa bertahan beraktivitas di dalam rumah, tentu aktivitas warga di luar rumah bisa menjadi ruang lebar untuk menjaga jarak. Ini kesempatan melaksanakan aktivitas memenuhi kebutuhan ekonomi atau kebutuhan vital lainnya bagi warga yang memiliki kendala memanfaatkan perangkat digital. Sayangnya, saat ini masih banyak ruang publik yang dipenuhi warga yang mampu memanfaatkan teknologi digital.

Marilah berpikir positif bahwa memang wabah Covid-19 ini merugikan warga dunia dalam segala bidang kehidupan jika dijalani dalam prespektif hidup sebelum pandemi Covid-19. Namun, jika dijalani dalam era kebiasaan baru di mana penguasa teknologi digital telah meluas di tengah masyarakat, maka wabah Covid-19 ini adalah daya dorong bagi warga agar mampu menggunakan teknologi digital dengan tepat.

Catatan ini muncul sebagai respon atas perilaku hidup di masa pandemi Covid-19 yang masih diperlakukan sama seperti tak ada wabah Covid-19. Ini hanyalah opini dari keprihatinan menyaksikan pola hidup seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun