Masalah Pendidikan memang tidak bisa hanya dipikirkan oleh satu pihak, perlu dukungan dari bebagai pihak untuk mencapai kualitas yang lebih baik. Sebagai orang tua, minimal saya ingin bisa berperan dalam tercapainya pendidikan anak. Di level mikro (rumah tangga) dalam hal ini orang tua, beberapa hal yang dapat kita lakukan diantaranya:
- Berperan sebagai pendidik pertama dan menanamkan mindset pada anak bahwa pendidikan itu penting.
- Memahami karakter, minat, dan bakat anak sejak dini sehingga orang tua dapat mengarahkan anak dalam mengambil jalur yang sesuai dengan minat bakatnya.
- Menyiapkan dana Pendidikan. Menilik rata-rata biaya pendidikan dari jenjang TK hingga perguruan tinggi, dibutuhkan sekitar Rp3 - 5 juta untuk jenjang TK, Rp15 - 25 juta untuk SD, Rp20 - 30 juta untuk SMP, Rp25 - 35 juta untuk SMA, dan Rp40 - 200 juta untuk kuliah, tergantung pada jurusan yang dipilih. Biaya tersebut belum memperhitungkan iuran bulanan yang harus dibayarkan, uang saku, dan transportasi. Artinya diperlukan perencanaan keuangan yang matang untuk mencapai kebutuhan dana tersebut. Dari angka di atas, orang tua sudah harus memikirkan biaya kuliah anak sejak anak masih TK. Terdengar berat ya, tapi itulah kenyataannya saat ini.
- Aktif mencari informasi mengenai program beasiswa, pelatihan yang mendukung potensi anak.
Selain dari sisi mikro, tentunya masalah pendidikan menjadi PR besar bagi pemerintah untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat dan berkualitas. Harapannya pemerintah mulai bisa memikirkan strategi untuk hal berikut:
- Evaluasi atas kurikulum, memulai program penguatan karakter, minat dan bakat. Masalah kurikulum terkadang menjadi persoalan bidang pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang masih menyamaratakan kemampuan anak dinilai kurang mendukung penguatan karakter, minat dan bakat dari sejak dini.
- Memprioritaskan anggaran untuk pendidikan dan mengawal penggunaannya. Sesuai amanat undang-undang minimal alokasi anggaran pendidikan adalah sebesar 20% dari APBN. Jika porsi anggaran pendidikan bisa ditingkatkan, tentunya hal tersebut menjadi angin segar bagi masyarakat. Selain itu, alokasi dana pendidikan juga perlu dikawal agar tepat sararan dan tepat guna, dan jangan sampai terdengar berita bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
- Dibukanaya akses pelatihan dan kesempatan magang yang lebih banyak dan disosialisasikan secara lebih masif kepada masyarakat.
Kesimpulannya apakah kuliah itu wajib? Tentu saja keputusan kembali kepada individu. Namun sekali lagi, harapannya keputusan tersebut benar-benar diambil karena pilihan dimana setiap individu sudah memahami apa yang akan ditujunya dan tetap bisa meraih kesuksesan dengan jalur yang dipilihnya, bukan lagi karena ketidakmampuan membayar biaya pendidikan. Semoga kedepannya pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H