Mohon tunggu...
Assyifa Restu
Assyifa Restu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Suka Nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Permberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting di Surabaya: Tinjauan Literatur

22 Agustus 2022   23:47 Diperbarui: 22 Agustus 2022   23:50 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ABSTRAK

Latar Belakang : Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi. Pada tahun 2015, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi Stunting di Jawa Timur 27,1% dan di Surabaya adalah 20,3% (Kementerian Kesehatan RI 2016). WHO memberikan batasan untuk Stunting adalah < 20%. Akibat dari Stunting dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan anak yang buruk dan mempengaruh kemampuan belajar, peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa, dan berkurangnya produktivitas (Beal et al 2018). Metode : Systematic literature review yang melalui empat tahap, yaitu identifikasi, skrining, kelayakan dan hasil yang diterima didapatkan dari jurnal nasional. Penelusuran sumber pustaka melalui database Google Scholar tahun 2018 sampai dengan tahun 2022. Hasil : Hasil penelitian dari 2 jurnal bahwa jurnal dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting” melakukan program pengabdian masyarakat dan Pendampingan, pengumpulan data dengan pre-test dan post-test. Hasil pre-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 14 orang (40%) , sedangkan berdasarkan hasil post-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 27 orang (77,1%). Jurnal dengan judul “Pencegahan Stunting di Medokan Semampir Surabaya Melalui Modifikasi Makanan pada Anak” melakukan program pengabdian masyarakat mulai dari persiapan program sampai pada tahap pelaksanaan program. Masyarakat berpartisipasi secara aktif selama acara berlangsung. Program yang dilalukan selama 1 bulan yaitu penyuluhan, praktek menu modifikasi kudapatan sehat, praktek pengisian KMS, dan pembahasan keberlanjutan program.. Kesimpulan : program pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan bertahap mulai dari persiapan atau survey keadaan masyarakatnya hingga adanya keberlanjutan program. Pemberdayaan masyarakat selalu terkait dengan 3 aspek yaitu enabling, empowering, dan protecting. Pemberdayaan masyarakat yang baik terutama untuk pencegahan Stunting harus dilakukan dari adanya penyuluhan, lalu adanya upaya praktek langsung dari masyarakat dengan pendampingan oleh kader, kemudian upaya keberlanjutan program. Upaya pemberdayaan masyarakat ini bertahap sehingga hasil yang didapatkan juga bertahap dimana output yang ingin dicapai yaitu ibu benar-benar mandiri mengubah kebiasaan dan pola makan serta asuhnya sehingga balitanya dapat terhindar dari Stunting.

Kata kunci : Gizi, Pemberdayaan, Stunting, Surabaya.

 

ABSTRACT

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem caused by lack of nutritional intake for a long time, resulting in growth disorders in children, namely the child's height is lower or shorter (short) than the standard age. Stunting is a problem that is increasingly found in developing countries, including Indonesia. Based on Nutrition Status Monitoring (PSG) data for the last three years, short has the highest prevalence. In 2015, the results of the Nutrition Status Monitoring (PSG) showed that the prevalence of Stunting in East Java was 27.1% and in Surabaya was 20.3% (Ministry of Health 2016). WHO provides a limit for Stunting is <20%. The consequences of Stunting can be short-term and long-term, including increased morbidity and mortality, poor child development and impaired learning ability, increased risk of infection and non-communicable diseases in adulthood, and reduced productivity (Beal et al 2018). Methods: Systematic literature review which went through four stages, namely identification, screening, eligibility and the results received were obtained from national journals. Search library sources through the Google Scholar database from 2018 to 2022. Results: The results of research from 2 journals that the journal with the title "Community Empowerment in Prevention of Stunting" carries out community service and mentoring programs, collecting data with pre-test and post-test. The results of the pre-test of participants who knew about the Stunting prevention program were 14 people (40%), while based on the results of the post-test the participants who knew about the Stunting prevention program were 27 people (77.1%). The journal with the title "Prevention of Stunting in Medokan Semampir Surabaya Through Food Modification in Children" carries out community service programs starting from program preparation to the program implementation stage. The community actively participated during the event. The program that was carried out for 1 month were counseling, practice of modifying healthy income menus, practice of filling out KMS, and discussion of program sustainability. Conclusion: community empowerment programs need to be carried out in stages starting from preparation or surveying the condition of the community to the sustainability of the program. Community empowerment is always related to 3 aspects, namely enabling, empowering, and protecting. Good community empowerment, especially for Stunting prevention, must be done from the existence of counseling, then direct practice efforts from the community with assistance by cadres, then program sustainability efforts. This community empowerment effort is gradual so that the results obtained are also gradual where the output to be achieved is that mothers are truly independent in changing their eating habits and patterns of care so that their toddlers can avoid Stunting.

Keywords : Nutrition, Empowerment, Stunting, Surabaya

Pendahuluan

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalami Stunting. Sekitar 40% anak di daerah pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat (Hasandi, Maryanto, & Anugrah 2019). Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita Stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (Kemenkes 2018). Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Kemenkes 2018). Pada tahun 2015, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi Stunting di Jawa Timur 27,1% dan di Surabaya adalah 20,3% (Kementerian Kesehatan RI 2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi Stunting di Indonesia mencapai 37,2 %. Berdasarkan Pemantauan Gizi Tahun 2016, mencapai 27,5% sedangkan WHO memberikan batasan untuk Stunting adalah < 20%. Hal ini menunujukkan bahwa pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak di Indonesia atau 1 dari 3 anak mengalami Stunting. Selain itu lebih dari 1/3 anak berusia dibawah 5 tahun di Indonesia tinggai badannya di bawah rata-rata (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2017). Akibat dari Stunting dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan anak yang buruk dan mempengaruh kemampuan belajar, peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa, dan berkurangnya produktivitas (Beal et al 2018).

Pemerintah sendiri mencanangkan intervensi pencegahan Stunting ini meliputi ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, pemenuhan gizi, persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli, IMD (Inisiasi Menyusui Dini), Asi Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI mulai anak usia 6 bulan sampai dengan usia 2 tahun, berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A, pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat, serta terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sebagai upaya menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri ini, permasalahan Stunting ini juga dapat dicegah salah satunya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory. Dalam pemberdayaan masyarakat dapat dikaji melalui 3 aspek. Pertama, enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua, empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Ketiga, protecting yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah (Noor M 2011).

Pendekatan pemberdayaan fokus memberikan tekanan pada otonomi atau pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan pembelajaran social. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala keterbatasannya. Masyarakat yang belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada. Pemberdayaan ini juga menanamkan nilai-nilai buaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab.

Metode

Metode yang dilakukan pada analisis pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Stunting di Surabaya dengan tinjauan literatur. Metode yang digunakan dalam penelitian literature review ini adalah metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses) yang melalui empat tahap, yaitu identifikasi (identification), skrining (screening), kelayakan hasil (eligibility), dan yang disertakan (included). Penelitian ini merupakan suatu literature review yang menggunakan literatur yang diperoleh dari tiga database, yakni PubMed dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam penelusuran artikel adalah “pemberdayaan” “Stunting” “gizi” “Surabaya”. Pada penelitian ini dilakukan seleksi artikel full text dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah artikel penelitian full text, open access berasal dari jurnal nasional, membahas mengenai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencegahan Stunting terutama di Surabaya yang dipublikasikan dari 2018-2022. Kriteria eksklusi yang digunakan adalah artikel yang tidak membahas mengenai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencegahan Stunting di Surabaya. Akan dilakukan skrining kata kunci dan kriteria inklusi pada artikel yang ditemukan database, dan semua artikel yang tidak sesuai akan dieliminasi secara langsung. Pada tahap awal pencarian menggunakan kata kunci di website google scholar 791 artikel, dari jumlah tersebut hanya 2 di antaranya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Flowchart PRISMA

Hasil

No

Penulis

Judul

Metode

Hasil Penelitian

1

Laili U dan Andriani RAD (2019) Universitas Muhammadiyah Surabaya

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting

Program pengabdian masyarakat dan Pendampingan, pengumpulan data dengan pre-test dan post-test

Peserta program sebagian besar berpendidikan menengah sebesar 80% dan yang berpendidikan tinggi hanya 20%. Tingkat pendidikan responden akan mempengaruhi pola piker dan perilaku seseorang.. Program tersebut tidak hanya diberlakukan pada bayi dan balita tetapi mulai dari perawatan ibu selama kehamilan, ibu menyusui, anak usia 0-23 bulan dan 24-59 bulan, remaja serta penyediaan sarana prasarana lingkungan yang mendukung untuk kesehatan.
Hasil pre-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 14 orang (40%) , sedangkan berdasarkan hasil post-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 27 orang (77,1%).
Orang tua dan masyarakat sekitar RW 2 Kelurahan Jagir Surabaya sebagian besar berpendidikan menengah. Pengetahuan orang tua tentang program pemberian pencegahan Stunting berdasarkan hasil pre-test sebagian besar ibu hamil tidak mengetahui tentang program pencegahan Stunting, sedangkan berdasarkan hasil post-test hampir seluruh orang tua sudah mengerti tentang pelaksanaan program Stunting.

2

Mundakir, Nasrullah D. dan Choliq I (2020) Universitas Muhammadiyah Surabaya

Pencegahan Stunting di Medokan Semampir Surabaya Melalui Modifikasi Makanan pada Anak

Program pengabdian masyarakat mulai dari persiapan program sampai pada tahap pelaksanaan program

Kegiatan penyuluhan dan demo memasak kudapan sehat untuk balita Stunting dirasa sangat bermanfaat oleh peserta. Mereka baru sadar bahwa menjaga nutrisi selama kehamilan merupakan periode penting untuk mencegah terjadinya Stunting. Mereka juga sebelumnya tidak pernah tahu tentang kandungan gizi yang harus diberikan kepada anaknya setelah

periode pemberian ASI eksklusif. Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan demo memasak kudapan sehat. Mereka berpartisipasi

secara aktif selama acara berlangsung. Dengan diajarkan menu modifikasi kudapatan sehat untuk balita Stunting diharapkan ibu balita lebih mengerti tentang menu kudapan yang mengandung gizi sehat untuk anaknya, terutama yang mengandung zinc tinggi yang berguna bagi pertumbuhan anak Stunting. Mereka juga menunjukkan kemampuan dalam mengisi KMS dan kriteria anak dengan Stunting. Sebuah bukti keberhasilan dari program pengabdian ini.

Pembahasan

Program pemberdayaan masyarakat mengenai pencegahan Stunting ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan, partisipasi, dan perubahan bagi masyarakat. Upaya ini merupakan upaya yang tidak langsung dirasakan manfaatnya namun perlahan-lahan. Misi dari pemberdayaan masyarakat sendiri yaitu mengembangkan kemampuan dan kemandirian secara bertahap sehingga masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.  Kemandirian dalam konsep pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah tingkat kemajuan yang harus dicapai sehingga masyarakat dapat membangun dan memelihara kelangsungan hidupnya berdasarkan kekuatannya sendiri secara berkelanjutan. Oleh karena itu program pemberdayaan masyarakat ini melalui 3 aspek. Aspek pertama enabling dimana kader perlu menciptakan suasana dan lingkungan yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Aspek kedua empowering dimana kader dapat membuat masyarakat kuat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Aspek ketiga, protecting  dimana kader dapat melindungi dan memprioritaskan kepentingan masyarakat dengan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan pembahasan tinjauan literatur di atas, didapatkan pembahasan bahwa upaya pencegahan Stunting dapat dilakukan dengan program pemberdayaan masyarakat oleh kader. Program ini dilakukan secara bertahap. Pada jurnal pertama dengan judul Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting (2019), program yang dilakukan yaitu melakukan penyuluhan di RW 2 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Sebelum dilakukan penyuluhan, kader mempersiapkan program ini melalui 3 tahap yaitu menyusun strategi pelaksanaan, survey lokasi, dan persiapan sarana prasarana. Tahapan ini dapat membantu kader menyesuaikan rangkaian program dengan keadaan masyarakat saat itu sehingga diharapkan program akan efektif dan efisien. Upaya yang dilakukan untuk pencegahan Stunting di daerah Wonokromo Surabaya yaitu dengan memberikan pengetahuan mengenai Stunting dan bagaimana cara pencegahannya untuk anak balita karena Stunting dapat ditentukan dari keadaan gizi saat 1000 HPK balita. Pengetahuan ibu diukur dengan pre-test sebelum penyuluhan dan post-test setelah penyuluhan. Didapatkan hasil terdapat peningkatan pengetahuan ibu dari yang awalnya hanya 40% menjadi 77,1%. Literatur ini sudah cukup baik dalam menjelaskan hasil program dan mudah diaplikasikan di daerah atau desa lainnya. Namun dalam literature ini tidak dijelaskan secara rinci, keadaan masyarakat di daerah tersebut, respon dan partisipasi aktifnya selain dari ikut penyuluhan. Selain dari penyuluhan, kader seharusnya mampu memberikan pendampingan rutin sampai suatu desa tersebut dapat benar-benar mandiri. Dapat dilihat bagaimana pola makan, kandungan gizi, dan hidup sehat dari sebelum dilakukan pendampingan dengan setalah dilakukan pendampingan. Tahap memberikan pengetahuan hanya berhenti sampai tahap awal dari pemberdayaan yaitu enabling. Program akan tidak efektif dan efisien jika empowering  dan protecting tidak dijalankan karena merubah suatu kebiasaan ini tidak mudah terutama berkaitan dengan kebiasaan pola asuh orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu program tidak dijelaskan apakah berhasil efektif dan efisien setelah dilakukan penyuluhan.

Berdasarkan pembahasan tinjauan literature jurnal kedua yang berjudul “Pencegahan Stunting di Medokan Semampir Surabaya Melalui Modifikasi Makanan pada Anak” (2020), program ini menjelaskan mengenai serangkaian kegiatan program pencegahan Stunting di Medokan Semampir Surabaya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk solusi yang ditawarkan terhadap isu Stunting di Kelurahan Medokan Semampir dengan sasaran para Ibu dengan anak Stunting. Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki tujuan untuk mengatasi masalah gizi yang dialami oleh anak Kelurahan Medokan Semampir, Surabaya yang berpengaruh pada peningkatan derajat kesehatan gizi anak. Bentuk kegiatannya penyuluhan gizi, demonstrasi 3 menu modifikasi kudapan makanan sehat tinggi zinc untu anak Stunting, pengisian KMS dan pengukuran anak Stunting. Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan, mulai 5 Agustus- 5 September 2019. Berikut rangkaian programnya:

  • Minggu pertama, kader melakukan kordinasi dengan pihak kader yang ditunjuk dan ibu untuk mementukan hari yang pas, dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk demonstrasi memasak kudapan makanan bergizi untuk anak Stunting.
  • Minggu kedua merupakan kegiatan penyuluhan dan demonstrasi. Kegiatan dimulai dengan memberikan materi tentang Stunting. Dijelaskan tentang pengertian Stunting, penyebabnya, dampak kerusakan yang diakibatkan oleh Stunting pada anak, dan intervensi untuk menangani kasus Stunting. Selain itu, penyuluhan tentang gizi dan menu sehat untuk anak Stunting.
  • Dilanjutkan dengan demontrasi memasak menu makanan sehat berupa siomay kerang, mash potato udang, dan empek-empek ikan mujair. Kader dan para ibu terlibat dalam proses demonstrasi. Sampai mereka benar-benar bisa praktek memasak sebagai skill mereka dirumah.
  • Minggu ketiga, dilakukan praktek cara mengisi Kartu Menuju Sehat (KMS) dan pengukuran berat dan tinggi balita, dan menghitung apakah anak masih mengalami Stunting.
  • Minggu ke empat, dilakukan evaluasi tentang pemahaman kader dan ibu tentang Stunting, cara memasak makanan sehat untuk Stunting sesuai menu yang diberikan. Cara pengisian KMS dan menghitung tinggi dan berat badan.
  • Kemudian membahas tentang keberlanjutan program.

Pada jurnal kedua, sudah terlihat signifikan rangkaian program dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Kader sudah melakukan upaya penyuluhan dimana berbagi pengetahuan terkait Stunting, penyebab dan akibat dari Stunting, serta upaya pencegahannya. Hal ini sebagai upaya enabling. Kader juga sudah melakukan upaya empowering dengan melakuan praktek langsung menu makanan sehat untuk memperbaiki gizi balita selama 1 minggu sehingga para ibu dapat menerapkan skill tersebut di rumah masing-masing dan skill mengisi KMS balita dengan pengukuran berat dan tinggi balita. Kader juga sedang progress melakukan upaya protecting dengan melakukan pembahasan mengenai keberlanjutan program. Program pencegahan Stunting terus dilakukan hingga masyarakat tersebut benar-benar mandiri. Hasil yang didapat yaitu antusisme para ibu dalam mengikuti program tersebut dan perubahan pola asuh dan makan untuk balitanya.

Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan literatur terhadap 2 jurnal mengenai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencegahan Stunting di Surabaya dapat disimpulkan bahwa program pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan bertahap mulai dari persiapan atau survey keadaan masyarakatnya hingga adanya keberlanjutan program. Pemberdayaan masyarakat selalu terkait dengan 3 aspek yaitu enabling, empowering, dan protecting. Pemberdayaan masyarakat yang baik terutama untuk pencegahan Stunting harus dilakukan dari adanya penyuluhan untuk berbagi informasi dan pengenalan program, lalu adanya upaya praktek langsung dari masyarakat dengan pendampingan oleh kader, kemudian upaya keberlanjutan program. Upaya pemberdayaan masyarakat ini bertahap sehingga hasil yang didapatkan juga bertahap dimana output yang ingin dicapai yaitu perubahan kebiasaan terutama pola makan dan asuh ibu kepada balita untuk pencegahan Stunting. Hal ini perlu dilakukan pendampingan perlahan-lahan hingga ibu dapat dan mampu mandiri mengubah kebiasaan dan pola makan serta asuhnya sehingga balitanya dapat terhindar dari Stunting. Keberlanjutan program juga dapat dilakukan dengan menjadi salah satu desa contoh untuk desa-desa lainnya.

Referensi

Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L. M. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal and Child Nutrition; 14(4):1–10. https://doi.org/10.1111/mcn.12617.

Hasandi, L. A., Maryanto, S., & Anugrah, R. M. 2019. JGK. Vol 11(25): 29-38.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku saku pemantauan status gizi. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017 : 7–11.

Kemenkes. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Vol 301(5): 1163–1178.

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017. Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. Jakarta : Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Laili U dan Andriani RAD. 2019. Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Stunting. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ipteks. Vol 5(1): 8-12. [diunduh 2022 Okt 22]. Tersedia pada: http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PENGABDIAN_IPTEKS/article/
view/2154.

Mundakir, Dede N, dan Cholid I. 2020. Pencegahan Stunting di Medokan Semampir Suarabaya melalui Modifikasi Makanan pada Anak. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol 1(1): 31-40. [diunduh 2022 Okt 22]. Tersedia pada: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/HMN.

Noor M. 2011. Pemberdayaan masyarakat. Jurnal Ilmiaj CIVIS. Vol 1(2): 87-99. [diunduh 2022 Okt 22]. Tersedia pada: http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/591.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun