Setiap orang pasti memiliki rasa insecure. Bahaya atau tidaknya rasa insecure itu tergantung dari bagaimana cara kita untuk mengambil tindakan terhadap rasa insecure. Dan  insecure ini jelas wajar-wajar saja dialami oleh setiap orang. Apalagi bagi kita yang hampir setiap hari nya dihabiskan dengan melihat sosial media.
Dan sebenarnya setiap manusia juga membutuhkan rasa  insecure loh, untuk mendorong seseorang memiliki pencapaian baru dalam hidupnya.
Misalnya, ketika seseorang merasa  insecure pada orang yang lebih pintar dari dia, maka secara otomatis dia akan menginginkan menjadi seperti orang itu juga. Jika dia memaknai rasa  insecure ini dalam hal yang positif, maka bisa dipastikan ia akan belajar lebih giat lagi daripada orang yang pintar tersebut. Karena dia yakin bahwa orang pintar bisa kalah dengan orang yang rajin.
Mengapa bisa begitu? Karena terkadang orang yang pintar sering kali merasa bahwa dirinya sudah pintar sejak lahir atau sering kita sebut dengan pintar karena keturunan. Namun, lain hal nya dengan orang yang rajin. Orang yang rajin, biasanya ia lebih menikmati prosesnya dalam belajar sehingga dapat menghasilkan suatu hasil yang memuaskan. Jika dia belum puas dengan hasil yang dia capai, maka dia akan berjuang lebih keras lagi. Dan perjuangan juga senantiasa diiringi dengan do'a dan ikhtiar. Karena usaha tanpa do'a itu sia-sia. Dan do'a saja tanpa usaha itu mustahil. Jadi keduanya harus seimbang demi mencapai suatu keberhasilan.
Nah, lain hal nya dengan orang yang memaknai rasa  insecure ini dalam hal yang negatif, maka apa yang ada di pikiran dia adalah bahwa "aku nggak bisa apa-apa", "aku nggak bisa jadi sehebat dia", "aku nggak ada artinya dalam hidup ini" dan masih banyak lagi pikiran-pikiran negatif yang hinggap di pemikiran dia. Hal inilah yang dapat berbahaya ketika rasa  insecure ini sudah sampai pada pemikiran-pemikiran seperti ini.
Seseorang yang memiliki rasa  insecure yang berlebihan akan lebih sering untuk melihat kekurangan dalam dirinya dibandingkan dengan kelebihan yang dia punya. Dan dapat menyebabkan dirinya semakin merasa cemas dan tidak memiliki tujuan dalam hidup.
Hal ini juga dapat memicu kesehatan mental. Jadi bukan hanya secara fisik maupun psikisnya saja. Namun, dua-duanya ini bisa terjadi secara bersamaan. Contoh, misalnya ada seorang anak yang sudah merasa dirinya tidak ada artinya lagi untuk hidup. Sudah merasa seperti tidak punya siapa-siapa lagi bahkan merasa bahwa tidak ada lagi orang yang peduli dengan dia. Padahal sebenarnya apa yang ia bayangkan dan ia rasakan belum tentu benar adanya. Dan ia terus-terusan dihantui oleh perasaan itu. Dari hanya pikiran-pikiran buruk yang ia pikirkan, lama-lama bisa menjadi tindakan. Dari pikiran-pikiran tersebut si anak ini bisa saja melukai dirinya sendiri. Karena ia sudah merasa tidak ada artinya lagi dan untuk apa dia hidup. Jadi, ia dengan nekat menyakiti dirinya sendiri. Dan hal ini jelas tidak dibenarkan dalam agama.Â
Nah, bahaya yang seperti ini yang sangat  ditakutkan dan harus dihindari. Ketika rasa  insecure sudah tidak lagi terkendali dalam diri kita dan menjadikan suatu malapetaka bagi kita, maka sebaiknya kita hindari secepatnya dan segera cari solusinya. Bisa dengan menemui pakarnya, seperti psikolog. Atau sekedar bercerita dengan orang yang kita percayai bisa memberikan solusi kepada kita.
Kita ketahui dulu apa-apa saja faktor yang menyebabkan kita bisa merasa  insecure dan secara perlahan-lahan kita mulai hindari faktor-faktor tersebut. Juga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara agar kita tidak lagi merasakan yang namanya insecure.
Ada banyak hal yang perlu kita ketahui agar kita bisa terhindar atau setidaknya mengurangi  insecure ini.Â
Apa saja itu? Mari kita bahas satu persatu.