Jadi, untuk para orangtua tepatnya, jangan lagi membanding-bandingkan seorang anak dengan anak orang lain. Yakinlah bahwa setiap anak pasti ingin memberikan yang terbaik bagi orang tua nya. Namun, ketika semua orang sedang berjuang, pasti akan ada yang menduduki posisi pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Nggak ada satu posisi yang diisi oleh dua orang atau lebih. Karena kita didunia ini saling berkompetisi. Berkompetisi untuk melakukan kebaikan itulah yang paling utama. Dan setiap anak pasti akan sama-sama berkompetisi untuk membanggakan kedua orangtuanya.
2. Trauma karena peristiwa yang buruk.
Trauma merupakan rasa dimana kita seringkali merasa takut bahkan merasa selalu dihantui oleh peristiwa atau masalalu yang kelam. Sehingga hal tersebut bisa menimbulkan rasa kecemasan yang berlebih dan parahnya lagi menimbulkan rasa tidak aman tadi yaitu insecure.
Misalnya nih, ada seorang anak yang pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar kemudian saling menyakiti dan menyebabkan salah satunya meninggal. Si anak tadi pastilah akan memiliki rasa takut yang berlebih ketika mengingat kejadian tersebut. Dan bisa saja rasa ini menimbulkan ketakutan kepada setiap orang yang ia temui.Â
Dan yang lebih fatalnya lagi, si anak bisa saja tidak mau menjalani hubungan apapun dengan orang lain secara dekat. Seperti menikah misalnya. Si anak ini akan berpikir bahwa menikah bukanlah hal yang menyenangkan.Â
Karena apa yang ia lihat di realita kehidupan dia adalah yang seperti tadi. Maka dari itu ia menjadi menutup diri dari hiruk pikuk lingkungannya. Ia enggan untuk bersosialisasi dengan orang lain karena ia memiliki trauma terhadap suatu kejadian.
3. Kita pernah merasakan yang namanya gagal.
Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya gagal. Tidak ada orang yang hidupnya mulus-mulus aja tanpa merasakan ujian. Dan gagal itu bisa menjadi suatu ujian bagi kita. Ujian agar kita bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.Â
Kadang kala ketika kita gagal kita sering kali merasa bahwa kita sudah tidak mampu lagi untuk berbuat apa-apa. Berbagai pikiran negatif pun datang menghampiri kita.
Seperti ketika kita ditolak di sebuah perusahaan, kita akan berpikir bahwa, apakah penampilan ku nggak menarik? Sehingga aku nggak diterima untuk kerja disana. Atau, aku nggak sehebat mereka yang bisa kerja disana? Dan yang lebih parahnya lagi ketika pikiran-pikiran negatif ini datang kemudian kita tidak mengambil ini sebagai pelajaran. Tapi malah menjadikan kita orang yang pesimis.
Udahlah, buat apa aku ngelamar kerja lagi, percuma nggak bakalan diterima juga. Udahlah dari pada capek-capek ngelamar kerja sana sini ujung-ujung nya bakal ditolak juga.
Dan..., banyak lagi udahlah, udahlah yang lain. Dan kalimat "udahlan" ini harus jadi kalimat yang kita hindari. Karena belum tentu ketika kita gagal di tempat A, kita bakalan gagal di tempat B juga. Masih banyak tempat-tempat lain dari A sampai Z yang belum kita coba. Bisa jadi kita tidak di terima di tempat A ataupun tempat B, karena tempat yang terbaik bagi kita ada di tempat C.
Jadi jangan pernah berhenti untuk mencoba. Gagal bukan lah akhir dari segalanya. Karena "gagal bukan titik tapi gagal adalah koma." Dimana kita diharuskan untuk rehat sejenak, berpikir, dan berusaha untuk bisa tegak lagi dan melanjutkan perjuangan kita.