Mohon tunggu...
Assya AinunFiranti
Assya AinunFiranti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Percaya diri dan berpikir positif !

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas: Pilpres 2019 Ungkap Potensi Keretakan Sosial di Masyarakat

7 Juli 2023   16:14 Diperbarui: 7 Juli 2023   16:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdasarkan hasil survei Polmark, sebanyak 5,7% responden merasa bahwa Pilkada DKI Jakarta 2018 telah merusak hubungan pertemanan. Angka ini naik dari survei serupa pada Pipres 2014. Saat itu, sebanyak 4,3% pemilih menganggap pilpres memicu keretakan hubungan pertemanan di masyarakat.

Untuk pilpres tahun ini, Eko Bambang Subiantoro selaku direktur riset Polmark mengatakan pihaknya tidak mempunyai data soal keretakan sosial.

'Saling mengumpat'

Di Surabaya, Jawa Timur, Zabidi (43) mengalami ketidaknyamanan gara-gara polarisasi dukungan terhadap dua pasangan capres-cawapres di lingkungan keluarga besar, tempat kerja, dan grup pertemanan media sosial.

"Di kalangan keluarga besar saya di Madura, sampai ilok-ilokan (saling mengumpat)," ujar Zabidi kepada Roni Fauzan, seorang wartawan Surabaya yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Bahkan, ungkapnya, sempat terjadi sedikit kerenggangan dalam hubungan persaudaraan lantaran Zabidi merupakan pendukung pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin. Adapun mayoritas keluarga dan teman-temannya di Pulau Madura adalah pendukung pasangan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.

"Menghadapi situasi seperti ini, mending ndak komen lah kalau saya. Lebih baik mengalah daripada meladeni orang-orang yang lagi mabuk politik," katanya.

Ketidaknyamanan hubungan sosial karena beda pilihan politik, juga menjadi kegelisahan Asro (26), asal Padang Panjang, Sumatera Barat.

Meski dirinya adalah pendukung pasangan Prabowo-Sandi seperti halnya mayoritas warga Sumatera Barat, Asro menilai pola pikir penyokong kedua kubu capres semakin tidak rasional.

Pernah suatu ketika, tatkala Asro memposting unggahan di media sosial agar tak perlu menjelek-jelekkan capres-cawapres kubu lain, dia malah mendapat cibiran dari kawannya. Bahkan cibiran juga datang dari individu sekelas tokoh intelektual dan ulama.

"Aku berpendapat tak perlu menjelek-jelekkan kubu lawan. Opiniku yang seperti ini dituduh tak tahu adat," ungkap Asro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun