Di kopernya, ia sudah membeli beberapa sarung dengan motif yang indah. Sarung itu ingin ia berikan kepada sang ayah sebagai kado. Ia pun ingin mengenakan sarung-sarung baru itu dengan ayahnya di hari raya nanti.
Setelah melakukan check in di bandara. Wahyu segera naik ke pesawat. Perjalanan dari ibukota menuju kampung halaman wahyu memakan waktu sekitar 5 jam. Dua jam melalui jalur udara dan tiga jam jalur darat.
Setibanya di bandara tujuan, Wahyu segera menaiki mobil yang sudah ia pesan ke kampungnya. Selama perjalanan darat ke kampungnya, Wahyu tak bisa menutupi rasa kebahagiannya. Ia sangat bersemangat untuk bertemu keluarganya. Ia bahkan tak tidur selama perjalanan saking semangatnya.
Setelah beberapa jam berlalu. Wahyu pun tiba di kampung halamannya. Saat mobil yang ditumpangi wahyu menuju ke rumahnya, Dari kejauhan Wahyu sedikit heran melihat banyak orang berkumpul di sekitar rumahnya. Ia bingung mengapa banyak warga disana.
Setelah mobil mendekat, Wahyu terkejut melihat bendera berwarna kuning terikat di sebuah bambu dan tertancap di depan rumahnya. Ia tak mau berpikiran macam-macam dulu. Setelah mobil yang ditumpanginya parkir di rumah, tanpa mengambil koper segera ia masuk ke rumahnya.
Orang-orang saat itu memandangi Wahyu dengan wajah sedih. Setibanya Wahyu di depan pintu rumahnya, betapa terkejutnya ia saat melihat ayahnya sudah terbaring kaku dengan ditutupi kain kafan. Tangisnya pun pecah saat itu juga.
Sebenarnya ia sudah tahu jika ayahnya beberapa waktu lalu jatuh sakit, tetapi ia mengira kondisi ayahnya sudah membaik sebab begitu kata keluarga saat ia bertanya kabar.
Sambil memeluk jenazah ayahnya, Ibu Wahyu datang mendekap sang anak sambil menangis..
'Tidak nabiarkanki ayahmu kasi tahu keadaannya, takutki nanti khwatirki'' ucap sang ibu ke anaknya.
Hari itu Wahhyu sangat terpukul atas kematian ayahnya. Setelah memandikan jenazah ayahnya, sang ibu mendekati Wahyu kemudian memberikan sarung kesayangan ayahnya. Wahyu pun kembali tak kuasa menahan tangisnya. Sarung itu yang dulu pernah ia tolak kenakan. Hari itu dengan berlinang air mata, Wahyu mengenakan sarung itu untuk mengantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H