Saat senja menjingga di ufuk cakrawala
Udara dipenuhi lantunan doa-doa yang berserak dari corong pengeras suara
Seperti sedang memanggil jiwa-jiwa yang sedang berjuang melawan hawa nafsunya
Tercenung di mulut pintu sepasang mata lelah sehabis bekerja
Peluh menghiasi dahinya dan rasa pahit sudah terasa di ujung lidahnya
Di depannya, hanya ada segelas air putih tanpa pendamping apa-apa
Dari jauh, dilihatnya segerombolan manusia berpakaian rapi beraroma wangi bergegas menjawab panggilan lantunan doa-doa itu
Entah mengapa, dadanya tiba-tiba terasa sesak dan rasa malu dalam dirinya menyeruak
Terpikir olehnya, tak pernah sekalipun ia mendatangi panggilan itu dengan tubuh wangi dan pakaian rapi seperti itu
Bukannya enggan melakukannya, hanya saja