Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kebiasaan yang Merusak Suasana Silaturahmi di Hari Lebaran

15 Juni 2018   23:20 Diperbarui: 15 Juni 2018   23:30 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tindakan tidak menyenangkan itu sebenarnya hanya sekedar melontarkan pertanyaan yang mungkin dianggap sebagai pertanyaan basa-basi untuk mengakrabkan diri bagi beberapa orang. Akan tetapi, bagi orang lain pertanyaan itu seringkali terasa seperti sebuah senjata yang memberikan perasaan tidak menyenangkan bahkan dapat melukai perasaan.

Mungkin karena pelaku merupakan anggota keluarga jauh yang belum akrab dengan semua anggota keluarga lainnya lantas dengan mudahnya mereka melontarkan pertanyaan sesuka hatinya. Beberapa pertanyaan tidak menyenangkan itu diantaranya, kapan menikah? Kapan sarjana? Sudah kerja belum, kerjanya dimana? dan beberapa pertanyaan terlalu personal lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya tak akan mengganggu jika ditanyakan ketika sedang melakukan pembicaran satu lawan satu. Namun, ketika pertanyaan itu dilontarkan di tengah-tengah acara silaturahmi dan didengarkan oleh seluruh anggota keluarga. 

Pertanyaan itu berubah fungsi dari yang awalnya bertujuan untuk mengenal lebih dekat anggota keluarga lainnya berubah menjadi pertanyaan yang akan mempermalukan seorang anggota keluarga di hadapan anggota keluarga lainnya.

Selain itu, kebiasaan tidak menyenangkan lainnya yang kadang dilakukan saat silaturahmi adalah memaperkan kelebihan baik pakaian, kekayaan dan membandingkan anggota keluarga. Seringkali ajang silaurahmi di hari lebaran digunakan untuk menyombongkan diri oleh beberapa kalangan.

Caranya yaitu dengan membeberkan segala kelebihan yang dipunyai di hadapan anggota keluarga lainnya. Tak hanya itu, melakukan perbandingan pencapaian seorang anggota keluarga dengan anggota kelurga lainnya adalah bentuk lain sikap menyombongkan diri ini. Ajang silaturahmi yang seharusnya digunakan untuk mempererat silaturahmi justru berubah menjadi ajang untuk memperlebar sekat di antara anggota keluarga.

Oleh karena itu, sebelum melakukan silaturahmi, sebaiknya kita perlu mempunyai rasa peka terhadap situasi. Hal ini agar kita tidak sembarangan melontarkan pertanyaan kepada anggota keluarga yang baru ditemui yang dapat memicu perasaan tidak nyaman. 

Kita juga perlu menahan diri agar tak menonjolkan keunggulan pribadi ketika acara silaturahmi. Tujuan dari silaturahmia adalah untuk mempererat ikatan kekeluargaan bukan untuk mempertegas sekat diantara anggota keluarga.

Selamat Hari Raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun