Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kebiasaan yang Merusak Suasana Silaturahmi di Hari Lebaran

15 Juni 2018   23:20 Diperbarui: 15 Juni 2018   23:30 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: balaidakwahbanjarnegara.com

Silaturahmi itu untuk mempererat ikatan kekeluargaan bukan mempertegas sekat di antara anggota keluarga.

Semua orang merayakan Hari raya Idulfitri dengan penuh keceriaan. Setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh di bulan ramadan, perasaan tak sabar untuk merayakan hari kemenangan hampir menghinggapi semua orang. 

Keceriaan di hari kemenangan dapat dilihat dari warna -warni pakaian lebaran yang digunakan oleh masyarakat saat shalat Ied.

Salah satu kebiasaan yang tak bisa dipisahkan dari Idulfitri adalah silaturahmi. Kegiatan mengunjungi kerabat dan tetangga ini jamak dilakukan oleh hampir semua orang. Canda dan tawa selalu menghiasi wajah orang-orang ketika saat silaturahmi tiba. 

Selain digunakan untuk menguatkan tali kekeluargaan, silturahmi juga digunakan sebagai ajang untuk mengenal seluruh anggota keluarga yang mungkin selama ini belum dikenal karena jarangnya pertemuan.

Biasnya hal-hal yang dilakukan ketika bersilaturahmi yaitu, berbincang-bincang tentang berbagai hal. Setelah itu, kegiatan silaturahmi akan dilanjutkan dengan makan bersama. Bagian ini menjadi kegiatan favorit yang paling menyenangkan bagi semua orang, termasuk saya sendiri. 

Beragam sajian makanan khas hari raya disiapkan untuk disajikan kepada setiap orang yang berkunjung melakukan silaturahmi. Bukan hanya makanan ringan berupa kue yang menggoda selera setiap orang untuk mencicipinya. Godaan untuk mencoba semua makanan berat khas lebaran pun sama besarnya. 

Seringkali karena tak dapat menahan nafsu makannya, orang-orang kalap memakan semua jenis hidangan ywng disajikan tanpa mempertimbangkan kuat tidaknya perut mereka menerima semua makanan itu.

Terlepas dari keceriaan dan kebahagiaan yang menghiasi hari raya Idulfitri. Nyatanya, momen sakral memperkuat ikatan ini sering juga dinodai oleh tindakan tidak menyenangkan oleh beberapa kalangan, khususnya beberapa anggota keluarga. Tindakan tidak menyenangkan itu sering menyasar anggota keluarga baik perempuan maupun lelaki yang statusnya masih kuliah, sendiri atau single sebagai korbannya. Salah satu alasan yang membuat saya seringkali menghindari acara silaturahmi keluarga besar ketika hari Idulfitri tiba adalah tindakan tidak menyenangkan ini.

Biasanya pelaku yang sering melakukan tindakan tidak menyenangkan ini adalah anggota keluarga jauh yang baru dijumpai ketika acara silaturahmi keluarga itu diadakan. 

Tindakan tidak menyenangkan itu sebenarnya hanya sekedar melontarkan pertanyaan yang mungkin dianggap sebagai pertanyaan basa-basi untuk mengakrabkan diri bagi beberapa orang. Akan tetapi, bagi orang lain pertanyaan itu seringkali terasa seperti sebuah senjata yang memberikan perasaan tidak menyenangkan bahkan dapat melukai perasaan.

Mungkin karena pelaku merupakan anggota keluarga jauh yang belum akrab dengan semua anggota keluarga lainnya lantas dengan mudahnya mereka melontarkan pertanyaan sesuka hatinya. Beberapa pertanyaan tidak menyenangkan itu diantaranya, kapan menikah? Kapan sarjana? Sudah kerja belum, kerjanya dimana? dan beberapa pertanyaan terlalu personal lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya tak akan mengganggu jika ditanyakan ketika sedang melakukan pembicaran satu lawan satu. Namun, ketika pertanyaan itu dilontarkan di tengah-tengah acara silaturahmi dan didengarkan oleh seluruh anggota keluarga. 

Pertanyaan itu berubah fungsi dari yang awalnya bertujuan untuk mengenal lebih dekat anggota keluarga lainnya berubah menjadi pertanyaan yang akan mempermalukan seorang anggota keluarga di hadapan anggota keluarga lainnya.

Selain itu, kebiasaan tidak menyenangkan lainnya yang kadang dilakukan saat silaturahmi adalah memaperkan kelebihan baik pakaian, kekayaan dan membandingkan anggota keluarga. Seringkali ajang silaurahmi di hari lebaran digunakan untuk menyombongkan diri oleh beberapa kalangan.

Caranya yaitu dengan membeberkan segala kelebihan yang dipunyai di hadapan anggota keluarga lainnya. Tak hanya itu, melakukan perbandingan pencapaian seorang anggota keluarga dengan anggota kelurga lainnya adalah bentuk lain sikap menyombongkan diri ini. Ajang silaturahmi yang seharusnya digunakan untuk mempererat silaturahmi justru berubah menjadi ajang untuk memperlebar sekat di antara anggota keluarga.

Oleh karena itu, sebelum melakukan silaturahmi, sebaiknya kita perlu mempunyai rasa peka terhadap situasi. Hal ini agar kita tidak sembarangan melontarkan pertanyaan kepada anggota keluarga yang baru ditemui yang dapat memicu perasaan tidak nyaman. 

Kita juga perlu menahan diri agar tak menonjolkan keunggulan pribadi ketika acara silaturahmi. Tujuan dari silaturahmia adalah untuk mempererat ikatan kekeluargaan bukan untuk mempertegas sekat diantara anggota keluarga.

Selamat Hari Raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun