Ramadan adalah bulan pengampunan. Selama sebulan penuh ummat muslim di dunia dididik untuk menekan segala bentuk keburukan manusiawi. Jika semuanya dilakukan dengan benar, janji Allah Swt untuk mengampuni segala dosa dan mengembalikan manusia menjadi fitrah (suci) adalah imbalannya. Pengampunan ini tak lain adalah bentuk kasih sayang Allah Swt kepada ummat nabi Muhammad Saw.
Tak hanya kasih sayang Allah Swt saja yang melimpah di bulan yang penuh berkah ini. Kasih sayang di antara anggota keluarga muslim pun sangat kental terasa. Kasih sayang itu menciptakan semacam suasana mesra yang mungkin tak setiap hari dapat dirasakan, khusus di bulan suci ini saja. Kemesraan ini tersirat dari perilaku-perilaku menyentuh hati dalam kegiatan sehari-hari anggota keluarga yang  menjalankan ibadah puasa.
Mengajar Anak Melalui Teladan
Bagi orangtua, Ramadan bukan hanya menjadi bulan pendidikan bagi diri mereka sendiri. Bulan Ramadan juga menjadi bulan pengajaran nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya. Tentu saja mengajari anak dengan memberikan teladan. Mulai dari memberikan pengertian tentang makna puasa kepada anak hingga menjelaskan hal-hal yang dapat membatalkan puasa kepada mereka.
Contohnya, ketika seorang ayah mengajarkan anaknya untuk taat dan disiplin beribadah, tentu saja sang ayah akan berusaha menjadi sosok teladan yang patut dicontoh bagi anaknya. Sang ayah akan terdorong untuk mencontohkan shalat tepat waktu dan rajin mengunjungi masjid. Begitu pula, ketika ibu mengajarkan anak tentang sabar. Sang ibu akan berusaha menjadi pribadi yang lebih penyabar dalam menghadapi segala situasi. Hal ini demi mengajarkan kebaikan kepada anak-anak mereka.
Mempererat kekeluargaan melalui kebersamaan
Aktivitas yang hanya ada di dalam bulan Ramadan, seperti Tarawih, buka puasa & sahur menjadi media bagi setiap keluarga untuk mempererat ikatan kekeluargaan di antara mereka. Mempersiapkan peralatan shalat bersama-sama sebelum tarawih dan berangkat bersama menuju ke masjid tak hanya menjadi kegiatan sepele yang tak memiliki makna. Justru kebersamaan yang diurai melalui kegiatan-kegiatan seperti itu menjadi pendorong semakin kuatnya rasa kekeluargaan di antara setiap anggota keluarga.
Begitu pun ketika berbuka puasa, kegembiraan yang dirangkai mulai dari ketika bersama-sama mempersiapkan menu buka puasa hingga berkumpul menanti adzan maghrib berkumandang menjadi momen yang sangat romantis dalam setiap keluarga.
Empati yang  meningkatkan cinta kasih
Di bulan Ramadan, keluarga akan lebih peka dengan kondisi anggota keluarga lainnya. Sang ibu misalnya, saban hari ketika matahari telah tergelincir ke atas kepala, saat melihat anak yang kelelahan menahan lapar dan dahaga.Â
Perasaan iba dan turut merasakan kelelahan sang anak akan terbangun ke dalam diri sang ibu yang kemudian mengubah perasaan itu ke dalam wujud nyata perilaku berupa perhatian kepada anak. Sang ibu akan mulai memotivasi dan memberikan perhatian lebih kepada sang anak agar ia dapat kuat menjalani puasa hingga saat waktu berbuka tiba.