Candi Kidal
Â
A. Sejarah dan Asal Usul Candi Kidal
Candi Kidal merupakan salah satu candi yang terletak di daerah Malang, Jawa Timur, dan dibangun pada masa Kerajaan Singosari sekitar abad ke-13. Candi ini didedikasikan untuk mendiang Raja Kertanegara, yang merupakan raja terkenal dari Kerajaan Singosari. Menurut Primadia (2018), Candi Kidal memiliki nilai sejarah yang tinggi karena menjadi salah satu peninggalan arsitektur Hindu-Buddha yang mencerminkan kebudayaan masa itu. Penelitian oleh Al-ayyubi dan Baskoro (2018) juga menunjukkan bahwa candi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan legitimasi raja.
Candi ini dibangun dengan teknik arsitektur yang sangat khas, menggunakan batu andesit yang diambil dari pegunungan sekitar. Eni dan Tsabit (2017) menjelaskan bahwa penggunaan batu andesit sangat umum pada masa itu karena kekuatannya dan kemampuannya untuk dibentuk menjadi berbagai ornamen yang rumit. Candi Kidal memiliki bentuk yang unik, dengan atap bertingkat dan relief yang menggambarkan berbagai kisah dari mitologi Hindu, termasuk cerita tentang Garuda dan Vishnu.
Dalam konteks sejarah, Candi Kidal juga mencerminkan pengaruh budaya Hindu yang kuat di Indonesia pada masa itu. Candi ini menjadi saksi bisu dari proses akulturasi antara budaya lokal dan budaya Hindu yang dibawa oleh para pedagang dan penguasa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai elemen arsitektur dan relief yang ada di candi ini, yang menunjukkan kombinasi antara elemen lokal dan Hindu (Dhiajeng Wulandari & Budiarto, 2020).
Statistik menunjukkan bahwa Candi Kidal adalah salah satu dari sekian banyak candi yang ada di Jawa Timur, yang berjumlah lebih dari 200 candi. Namun, hanya sedikit yang terawat dengan baik dan memiliki nilai sejarah yang sebanding. Menurut data dari Universitas Gadjah Mada (2016), Candi Kidal adalah salah satu candi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan dan peneliti, sehingga menjadi pusat perhatian dalam kajian arkeologi dan sejarah.
Dengan demikian, Candi Kidal bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya Indonesia. Melalui penelitian dan eksplorasi lebih lanjut, diharapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Candi Kidal dapat terus dipelajari dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
 B. Arsitektur dan Desain Candi Kidal
Arsitektur Candi Kidal menunjukkan keahlian tinggi para arsitek dan pengrajin pada masa Kerajaan Singosari. Candi ini memiliki struktur yang kokoh dengan desain yang sangat terperinci. Menurut Sugihartono et al. (2019), salah satu elemen yang paling mencolok dari Candi Kidal adalah relief yang menghiasi dindingnya. Relief ini menggambarkan berbagai adegan yang berkaitan dengan mitologi Hindu, termasuk kisah Garuda yang mengangkut Vishnu.
Candi Kidal memiliki ukuran yang cukup besar, dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 8 meter. Atap candi terdiri dari beberapa tingkat, yang merupakan ciri khas dari arsitektur candi Hindu. Menurut Turaeni (2016), setiap tingkat atap tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam, melambangkan perjalanan spiritual menuju kesempurnaan.
Penggunaan batu andesit dalam konstruksi candi juga menunjukkan pemilihan material yang cermat, di mana batu ini dikenal memiliki daya tahan yang tinggi terhadap cuaca dan erosi. Eni dan Tsabit (2017) mencatat bahwa teknik pemotongan dan penyambungan batu pada Candi Kidal sangat presisi, menciptakan kesan harmonis dan seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa para pengrajin pada masa itu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang teknik konstruksi dan estetika.
Selain itu, desain interior Candi Kidal juga menarik untuk diteliti. Beberapa bagian dalam candi mengandung tempat pemujaan yang dirancang khusus untuk upacara keagamaan. Menurut Intan et al. (2024), analisis terhadap relief Garudeya yang terdapat di dalam candi menunjukkan nilai-nilai kebhinekaan yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan karakter di era modern. Hal ini menunjukkan bahwa Candi Kidal tidak hanya berfungsi sebagai situs sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi generasi muda.
Secara keseluruhan, arsitektur dan desain Candi Kidal mencerminkan perpaduan antara seni, agama, dan budaya yang sangat kaya pada masa Kerajaan Singosari. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang aspek-aspek ini, kita dapat menghargai warisan budaya yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita.
C. Fungsi dan Peran Candi Kidal dalam Masyarakat
Candi Kidal memiliki berbagai fungsi dan peran yang penting dalam masyarakat pada masa lalu. Sebagai tempat ibadah, candi ini digunakan oleh masyarakat untuk melakukan upacara keagamaan dan ritual pemujaan. Menurut Turaeni (2015), Candi Kidal juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya, di mana masyarakat berkumpul untuk merayakan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan mereka.
Salah satu contoh fungsi sosial dari Candi Kidal adalah sebagai tempat pertemuan bagi para pemimpin dan tokoh masyarakat. Dalam konteks ini, candi menjadi lokasi strategis untuk membahas berbagai isu penting yang berkaitan dengan pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Al-ayyubi dan Baskoro (2018) mencatat bahwa keberadaan candi ini juga menciptakan rasa persatuan dan identitas di antara masyarakat, yang merasa memiliki tempat suci yang dapat mereka banggakan.
Di era modern, fungsi Candi Kidal tidak hanya terbatas pada aspek religius dan sosial. Candi ini juga berperan sebagai objek wisata yang menarik banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Menurut data yang dihimpun oleh Universitas Gadjah Mada (2016), jumlah pengunjung Candi Kidal terus meningkat setiap tahunnya, yang menunjukkan minat masyarakat terhadap sejarah dan budaya lokal.
Peran Candi Kidal dalam pendidikan juga tidak dapat diabaikan. Dengan adanya berbagai kegiatan edukatif yang diselenggarakan di candi ini, generasi muda dapat belajar tentang sejarah, arsitektur, dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Intan et al. (2024) menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai yang ada di Candi Kidal dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat membentuk karakter yang kuat dan menghargai keberagaman.
Dengan demikian, Candi Kidal tidak hanya menjadi warisan sejarah, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang fungsi dan peran candi ini, kita dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya yang sangat berharga bagi generasi mendatang.
 D. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Relief Candi Kidal
Relief yang terdapat di Candi Kidal mengandung berbagai nilai yang dapat diinterpretasikan dalam konteks kehidupan masyarakat. Relief-relief ini tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan spiritual yang mendalam. Menurut Sugihartono et al. (2019), salah satu relief yang paling terkenal adalah relief Garuda yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Garuda, dalam mitologi Hindu, adalah kendaraan Dewa Vishnu yang sering kali diasosiasikan dengan pelindung dan penyelamat.
Setiap relief di Candi Kidal menggambarkan kisah yang memiliki makna simbolis, seperti perjuangan, pengorbanan, dan harapan. Dhiajeng Wulandari dan Budiarto (2020) menjelaskan bahwa nilai-nilai ini sangat relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini, di mana tantangan dan rintangan sering kali dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan memahami nilai-nilai tersebut, masyarakat dapat mengambil inspirasi untuk menghadapi kesulitan dalam hidup mereka.
Relief Candi Kidal juga mencerminkan keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Menurut Turaeni (2016), penggambaran berbagai karakter dan adegan dalam relief menunjukkan interaksi antara berbagai budaya dan tradisi yang ada di Nusantara. Hal ini penting untuk dipahami, terutama dalam konteks kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Selain itu, nilai-nilai yang terkandung dalam relief Candi Kidal juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan. Intan et al. (2024) mencatat bahwa dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kurikulum pendidikan, generasi muda dapat belajar tentang pentingnya toleransi, kerjasama, dan penghargaan terhadap perbedaan. Ini menjadi sangat relevan dalam upaya membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghargai.
Secara keseluruhan, relief Candi Kidal tidak hanya memiliki nilai artistik, tetapi juga sarat dengan makna yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup. Dengan memahami dan mengapresiasi nilai-nilai ini, kita dapat menjaga warisan budaya yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita dan meneruskan pesan-pesan positif kepada generasi mendatang.
E. Upaya Pelestarian Candi Kidal
Pelestarian Candi Kidal merupakan hal yang sangat penting mengingat nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keutuhan candi ini. Menurut data dari Eni dan Tsabit (2017), salah satu langkah awal yang dilakukan adalah melakukan restorasi terhadap bagian-bagian candi yang mengalami kerusakan akibat cuaca dan faktor lingkungan lainnya.
Restorasi ini melibatkan tim ahli arkeologi dan konservator yang berpengalaman dalam bidangnya. Al-ayyubi dan Baskoro (2018) mencatat bahwa penggunaan teknik restorasi yang tepat sangat penting untuk menjaga keaslian struktur candi. Selain itu, upaya pelestarian juga melibatkan penelitian lebih lanjut untuk memahami teknik konstruksi dan material yang digunakan pada masa lalu.
Masyarakat lokal juga berperan aktif dalam pelestarian Candi Kidal. Melalui berbagai program edukasi dan sosialisasi, masyarakat diajak untuk lebih menghargai dan menjaga candi sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Menurut Intan et al. (2024), partisipasi masyarakat dalam pelestarian candi dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap warisan budaya yang ada.
Selain itu, promosi wisata yang bertanggung jawab juga menjadi salah satu cara untuk mendukung pelestarian Candi Kidal. Dengan meningkatkan jumlah pengunjung yang datang, diharapkan akan ada perhatian lebih dari pemerintah dan pihak terkait untuk menjaga dan merawat candi ini. Wijaya et al. (2023) menyebutkan bahwa pengembangan teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk membuat prototipe relief Candi Kidal, yang dapat digunakan sebagai alat edukasi bagi pengunjung.
Pelestarian Candi Kidal bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai bagian dari masyarakat. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi, diharapkan Candi Kidal dapat terus terjaga dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
 Referensi
1. Al-ayyubi, K. I., & Baskoro, E. R. (2018). Candi Kidal. Candi Kidal, Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ilmu Dan Bisnis Jurusan Manajemen, 8.
2. Dhiajeng Wulandari, & Budiarto, M. T. (2020). Etnomatematika: Eksplorasi Pada Artefak Kerajaan Singosari. Transformasi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 4(1), 203--217. https://doi.org/10.36526/tr.v4i1.905
3. Eni, S. P., & Tsabit, A. H. (2017). Arsitektur kuno kerajaan-kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit di Jawa Timur-Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
4. Intan, M. F., Rahmah, N., Andriani, P., & Widiadi, A. N. (2024). ANALISIS NILAI-NILAI RELIEF GARUDEYA PADA SITUS CANDI KIDAL TERHADAP PENGUATAN KARAKTER KEBHINEKAAN PESERTA DIDIK DI SMKN 10 MALANG. Integrasi Dan Harmoni, 4(7), 1--6. https://doi.org/10.17977/um063.v4.i7.2024.9
5. Primadia, A. (2018). Sejarah Candi Kidal di Malang Lengkap dengan Arsitektur. Sejarah Lengkap. https://sejarahlengkap.com/agama/hindu/sejarah-candi-kidal. Diakses pada tanggal 5 Desember 2024
6. Sugihartono, R. A., Dharsono, G., & Susanto, M. R. (2019). Therianthropic character in Garuda statue and relief. International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE), 8(1), 679-683.
7. Turaeni, N. N. T. (2016). APLIKASI ADI PARWA DALAM RELIEF SITUS CANDI KIDAL. The Aplication of Adi Parwa at Kidal Temple Site. Forum Arkeologi, 28, 135--138.
8. Turaeni, N. N. T. (2015). Aplikasi Adi Parwa dalam relief situs Candi Kidal. Forum Arkeologi, 28(2), 131--144.
9. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta). (2016). Asal usul Candi Kidal. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1--5.
10. Wijaya, I. B. A., Pramono, A., & Maulana, F. I. (2023). Digital Prototyping of Candi Kidal Relief on Interior Accessories. E3S Web of Conferences, 388, 1-5. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202338804021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H