Mohon tunggu...
Arif Setyabudi Santoso
Arif Setyabudi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pegiat literasi dan pendidik pendidikan nonformal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktik Baik Merdeka Belajar Pendidikan Kesetaraan Melalui Optimalisasi TBM

25 Mei 2023   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2024   09:56 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Berbicara tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan kesetaraan sering dianggap sebagai alternatif pendidikan formal tentu mempunyai pekerjaan rumah yang sangat besar. Apalagi warga belajar di pendidikan kesetaraan tidak semuanya berusia sekolah dan kadang harus sekolah sambil bekerja. Dengan keragaman usia yang ada di pendidikan kesetaraan perlu pendekatan khusus karena tentu pembelajaran yang ada sekarang sesuai dengan kondisi pembelajarannya di masa lampau.

Pendidik di pendidikan kesetaraan juga harus selalu belajar dan menambah ilmu karena tantangan di era informasi seperti saat ini semakin banyak. Saat ini bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Meski begitu, pendidikan kesetaraan tidak semuanya bisa memanfaatkan teknologi informasi. Untuk warga belajar yang memasuki usia 40 tahun ke atas, tingkat kemampuan penggunaan teknologi informasi secara umum sangatlah kurang. 

Perkembangan teknologi bagi mereka sangatlah cepat karena di zaman mereka sekolah belum menggunakan teknologi seperti saat ini. Walaupun banyak pula warga belajar yang berusia 40 tahun di atas mempunyai gawai namun belum bisa sepenuhnya lancar menggunakan teknologi. Padahal, kebutuhan saat ini untuk pendidikan kesetaraan diperlukan kemampuan untuk teknologi informasi terutama saat melakukan ANBK atau ujian kesetaraan beberapa waktu ke depan.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dalam PISA juga dipengaruhi rendahnya kualitas pendidik. Meski masih ada faktor lainnya, pendidik di pendidikan kesetaraan berkewajiban untuk meningkatkan kapasitas dirinya dengan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ataupun ikut dalam komunitas belajar. Selain kapasitas diri, pendidik juga perlu meningkatkan kepekaan terhadap potensi muridnya. Dalam merdeka belajar menekankan pada potensi warga belajar sehingga mereka belajar sesuai minat dan bakatnya. Dalam laporan PISA menduga rendahnya kualitas guru dan disparitas mutu pendidikan di Indonesia adalah penyebab buruknya kemampuan literasi di Indonesia secara umum.

Akibat rendahnya kualitas skor PISA ini artinya literasi di Indonesia sangatlah rendah. Menurut $ Shintia Revina (2019)$  , literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas negara, yaitu jumlah output yang dihasilkan negara tersebut dalam suatu periode. 

Produktivitas yang rendah akan memengaruhi tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita, yaitu tingkat pendapatan semua orang di sebuah negara jika terdistribusi secara merata . Untuk meningkatkan skor PISA dan kualitas pendidikan khususnya pendidikan kesetaraan di Indonesia setidaknya ada empat hal yang dilakukan yaitu menerapkan kurikulum merdeka, peningkatan mutu pendidik di pendidikan kesetaraan, sinergitas pemerintah pusat dan daerah dan terakhir adalah penguatan literasi melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

Kurikulum merdeka yang dicanangkan oleh Kemdikbudristek sebenarnya sangat sesuai dengan konsep pendidikan kesetaraan yang sama-sama berpusat pada murid. Pendidikan kesetaraan dalam praktiknya sudah menggunakan kurikulum merdeka hanya saja memang perangkat ajar dalam kurikulum merdeka saat ini berbeda dan butuh penyesuaian. Kurikulum merdeka sangat sesuai dengan pendidikan kesetaraan yang berfokus pada materi esensial agar peserta didik atau warga belajar dapat memiliki waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. 

Selain itu, pendidik di pendidikan kesetaraan juga lebih fleksibel dalam mengajar disesuaikan dengan capaian pembelajaran. Apalagi di kurikulum merdeka ada pembelajaran berdiferensiasi sehingga pendidik dapat menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik atau warga belajar yang sangat beragam di pendidikan kesetaraan. Dalam pendidikan kesetaraan ada pemberdayaan dan ketrampilan berbasis profil pelajar pancasila yang bisa digunakan untuk pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan warga belajar dan lebih interaktif.

Peningkatan mutu pendidik di pendidikan kesetaraan juga harus dilakukan. Harus diakui beberapa pendidik di pendidikan kesetaraan mengajar kadang tidak sesuai dengan jurusannya sehingga harus belajar lagi. Agar kualitas pendidikan kesetaraan bisa meningkat alangkah baiknya ada standar kompetensi pendidik seperti standar kompetensi guru seperti pendidikan formal. 

Semua pendidik di pendidikan kesetaraan juga harus mengikuti Uji Kompetensi Pendidik yang mirip Uji Kompetensi Guru agar pendidikan nonformal semakin berkualitas. Saat ini sudah ada ujian kesetaraan untuk warga belajar namun untuk pendidik di pendidikan kesetaraan juga penting untuk dibuat. Jika pendidik pendidikan kesetaraan ditingkatkan kualitasnya maka harapannya pemerintah daerah dan pemerintah pusat memperhatikan kesejahteraannya.

Dalam peningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidak hanya tanggungjawab pemerintah pusat. Pemerintah daerah sebagai pelaksana di daerah juga harus bertanggungjawab meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Khusus di pendidikan kesetaraan menjadi kewenangan dari pemerintah kota dan kabupaten. Untuk itu, setiap pengambil kebijakan di pemerintah daerah harus mendapatkan informasi dan juga pemahaman tentang kebijakan yang ada di pemerintah pusat dalam hal ini Kemdikbudristek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun