Mohon tunggu...
Rafi  Asamar Ahmad
Rafi Asamar Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

I love mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmadiyah Dan Jalsah Salanah

7 Desember 2024   08:26 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:41 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manislor, Jum'at 6 Desember 2024

Mendengar kata Ahmadiyah, apa yang terbersit dalam benak para pembaca? Bagi yang belum mengenal Ahmadiyah mungkin yang terbersit untuk pertama kalinya bahwa Ahmadiyah itu menyimpang, di luar Islam, dsb. Tapi apakah sebelumnya pernah terlibat dalam kegiatan-kegiatan Ahmadiyah seperti jalsah salanah misalnya? 

Jika belum pernah dan hanya sekedar mendengar Ahmadiyah dari orang yang bukan Ahmadiyah. Apakah itu akan menjadi suatu informasi yang dapat dipercaya? Tentu tidak bukan. 

Tapi informasi itu didapatkan dari seorang ulama tersohor di abad ini. Maka sudah seharusnya mempercayai serta mentaati semua perkataannya. Dan apakah indikasi menyimpangnya suatu aliran Islam tertentu tolak ukurnya adalah pernyataan ulama?

Bukankah agama Islam ini milik Allah Ta'ala sedangkan ulama hanya seorang yang mengekspresikan hasil hafalan yang ada dalam isi kepalanya. Kemudian mencoba untuk menafsirkan menurut perspektif dirinya, dari hasil suatu kajian tertentu bahwa aliran itu menyimpang. Tentu hal itu tidak bisa dijadikan suatu kebenaran yang mutlak.

Yang dapat mengabsahkan, menyimpang atau tidaknya suatu aliran Islam tertentu. Nyatanya hal itu telah menjadi kuasa Allah Ta'ala di akhir kelak kehidupan ini. Jelas bahwa pernyataan ulama tentang menyimpangnya suatu aliran Islam tertentu hanyalah bersifat opini. Itu artinya  bukan suatu keputusan yang mutlak dan dapat dibenarkan.

Pernyataan ulama itu sendiri nyatanya dapat disangkal dan disanggah jika apa yang disampaikan, tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Dan sudah seharusnya telah memahami bahwa telah menjadi rahasia umum sejak kewafatan Rasullulah SAW, mulai banyak bermunculan bendera Islam dengan membawa corak tersendiri dalam keislamannya. Lantas Islam yang mana yang benar untuk sekarang ini? 

Bagi para pengikut Ahmadiyah, Islam yang benar adalah Islam Ahmadiyah dengan pendirinya Hz. Mirza Ghulam Ahmad AS, sebagai seorang nabi pengikut dari syariat Nabi Muhammad SAW berlandaskan rukun Islam dan rukun iman. Sebagai suatu pedoman dalam mengarungi perjalanan kehidupan di dunia ini, yang tidak bisa tergantikan oleh apa pun.

Maka jika melirik agenda Jalsah salanah Ahmadiyah 2024 yang akan berlangsung selama tiga hari di Desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan yang mendapatkan pelarangan dari pemerintah Kabupaten Kuningan itu. 

Nyatanya hanyalah suatu kegiatan yang mengekspresikan poin-poin dari nilai yang terkandung dalam rukun Islam dan rukun iman. 

Berikut beberapa penemuan kegiatan ketika para pembaca hadir dalam Jalsah Salanah atau pertemuan taunan itu :

1. Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah lima waktu seperti Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh begitupun dengan shalat tahajud berjamaah telah menjadi suatu kultur yang tidak bisa terlewatkan dalam setiap kegiatan jalsah salanah. Mengingat shalat berjamaah telah menjadi suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk senantiasa mendirikannya terkecuali seseorang itu memiliki suatu halangan tertentu, sehingga shalat berjamaah menjadi terlewatkan.

Namun setiap peserta dalam kegiatan jalsah salanah senantiasa berupaya untuk mendirikan shalat berjamaah meskipun kerap menemukan mereka dalam keadaan mengantri cukup lama untuk berwudhu. Oleh karena itu dengan mendirikan shalat secara otomatis meyakini akan keagungan Allah Ta'ala Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat kehidupan di dunia ini. 

2. Melantunkan Ayat Suci Al-Quran

Dalam setiap kegiatan jalsah salanah kitab suci Al-Quran yang terdiri dari 114 surah, yang diawali oleh surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas. Senantiasa mengudara dalam suatu ruang pertemuan jalsah salanah tersebut. Seperti misalnya ketika hendak memulai untuk mengisi sebuah acara pengajian dalam kegiatan jalsah salanah.

Pembawa acara kerap mempersilahkan seorang  qori untuk melantunkan beberapa ayat tertentu dalam sebuah surah dari kitab suci Alquran. Tidak hanya itu terkadang pengisi ceramah atau lebih dikenal dengan mubaligh pun kerap melantunkan kutipan ayat Al-Quran untuk mengisi ceramah, di tengah para peserta jalsah salanah itu sendiri.

3. Mempererat Ukhuwah Islamiah

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang telah tersebar di 38 provinsi di Indonesia. Dan para pengikutnya terdiri dari berbagai latar belakang sosial serta kelas sosial. Mengharuskan untuk terselenggaranya jalsah salanah sebagai suatu upaya organisasi untuk meningkatkan nilai-nilai keislaman dengan corak yang dibawa oleh Jemaat Ahmadiyah itu sendiri. Bertujuan agar tercipta suatu wujud baru dalam ranah spiritualitas terhadap segenap para pengikutnya.

Maka bisa terlihat dalam setiap interaksi antar sesama para pengikut Ahmadiyah, biarpun mereka tidak saling kenal karena terhalang oleh jarak dan waktu. Tapi terlihat begitu akrab karena memiliki kesamaan nilai kehidupan untuk terlibat dalam semarak kegiatan jalsah salanah itu sendiri.

4. Mendengarkan Ceramah

Para panitia jalsah salanah biasanya sebelumnya telah meng-schedule atau membuat sebuah jadwal. Siapa saja para penceramah yang akan mengisi pengajian selama tiga hari berlangsungnya kegiatan jalsah salanah.

Adapun tema para penceramah sajikan tidak lepas dari; Pengorbanan Harta Dalam Islam, Islam Cinta Damai, Nabi Muhammad SAW Cerminan Dari Kitab Suci Alquran, dsb. 

5. Kesetaraan

Ahmadiyah dalam penerapan nilai-nilai keislaman yang salah satunya identik dengan kesetaraan. Ahmadiyah memiliki ciri khas tersendiri dalam memaparkan nilai-nilai tersebut kepada segenap para pengikutnya.

Ahmadiyah tidak membeda-bedakan latar belakang serta kelas sosial para pengikutnya sewaktu kegiatan jalsah berlangsung. Terbukti ketika panitia penyelenggara jalsah dalam menyediakan tempat untuk tidur begitu pun sewaktu sesi makan tiba.

Para panitia menyediakan kasur lantai beserta bantal dan tidur di dalam mesjid secara bersama-sama. Padahal bisa jadi ia atau peserta jalsah salah tersebut sebelumnya terbiasa tidur dengan kasur yang empuk karena mungkin orang terkait memiliki kekayaan atau pun kedudukan teramat bersinar.

Tapi dengan ia mengikuti jalsah salanah ia pun pada akhirnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh seseorang yang nasibnya tidak sama dengannya.

Begitu pun ketika sesi makan, para panitia menyediakan piring plastik dengan menu yang sama. Terlebih para peserta jalsah harus mengantri terlebih dahulu untuk mendapatkan nasi beserta lauk pauknya itu. 

Itulah beberapa hasil penemuan ketika terlibat dalam kegiatan jalsah salanah Ahmadiyah, yang mungkin para pembaca suatu waktu dapat turut serta untuk mengetahui lebih dekat bagaimana prosesi Jalsah Salanah atau Pertemuan Tahunan yang diselenggarakan oleh Ahmadiyah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun