Di tengah lahan luas itu, berdiri sebuah saung sederhana milik warga. Di sana, kami menikmati nasi bebek Palekko yang pedas menggugah selera, ditemani manisnya jagung rebus.
Untuk mencapai saung itu, kami harus melewati jalan setapak yang hijau, menuruni dan mendaki jalur alami yang jarang tersentuh.Â
Suasana pedesaan begitu kental. Di kiri-kanan, kami melihat peternakan sapi, ayam, dan bebek berkeliaran bebas, menciptakan harmoni alam yang menenangkan. Hembusan angin membawa aroma tanah basah dan suara gemericik air, membuat kami merasa seolah kembali ke masa kecil yang penuh kesederhanaan.
Setelah puas menikmati keindahan alam dan sajian lezat, kami pun kembali pulang. Di dalam perjalanan, kami tak hanya membawa oleh-oleh khas Gowa berupa bebek Palekko dan jagung rebus, tetapi juga kenangan indah yang tertanam dalam hati.Â
Setiap tawa, canda, dan langkah di perjalanan ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati lahir dari kebersamaan dan rasa syukur atas karunia sederhana.
Perjalanan ini menjadi refleksi bahwa hidup, seperti perjalanan kami hari itu, penuh tanjakan dan turunan.Â
Namun, di setiap tikungan dan tantangan, selalu ada keindahan yang menunggu untuk disyukuri. Bersama orang-orang tercinta, setiap perjalanan menjadi lebih bermakna dan setiap detik menjadi kisah yang layak dikenang.
Makassar - Gowa 12 Januari 2025.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI