Gerakan Revolusi Kebudayaan (1966-1976) dikampanyekan untuk membendung kembalinya kembalinya kaum borjuis, kapitalis dan revisionis. Dalam prakteknya gerakan ini dipakai Mao untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Diperkirakan sekitar 2 juta penduduk menjadi korban persekusi termasuk elit partai seperti Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan Zhou Enlai. Â Tepatlah jika Mao dinilai jago dalam strategi militer dan penggerak revolusi, namun tidak kompeten dalam memerintah suatu negara. Â
Pemimpin China generasi ke-2 Deng Xiaoping lahir pada 1904 dari keluarga tuan tanah di Provinsi Sichuan. Sejak remaja aktif pada Organisasi Pemuda Sosialis, Deng pernah belajar di Perancis dan mendapatkan pelatihan tentang paham Marxisme di Moscow. Selama Long March, Deng diserahi tugas di bidang politik dan militer.Â
Latar belakang pendidikan dan pelatihan, serta kemampuannya berorganisasi menjadi modal besar dalam membawanya ke posisi-posisi strategis pada lembaga pemerintahan, partai maupun kemiliteran. Namun ide-pemikiran serta tendesi ideologi-politiknya yang mengarah ke-'kanan', tidak jarang berbenturan dengan Ketua Mao sehingga menyebabkan karirnya timbul tenggelam.
Setelah sempat menduduki jabatan Wakil Perdana Menteri mendampingi PM Zhou Enlai di awal berdirinya RRC, pada masa Revolusi Kebudayaan (1965-1972), Deng dibebastugaskan dari semua jabatannya dan dikirim ke daerah pedesaan untuk menjalani 're-edukasi' di Provinsi Jiangxi.Â
 Tahun 1973 nama Deng Xiaoping direhabilitasi dan langsung menjadi anggota Politbiro PKC, dan diprediksi akan menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun ketika Zhou Enlai meninggal tahun 1976, Madame Jiang Qing (istri Mao) dan komplotannya Gang of Four (Sirenbang)segera bertindak mencopot Deng dari struktur kepemimpinan PKC.
Sepeninggal Mao Zedong akhir tahun 1976, terjadi power struggle yang berakhir dengan kemunculan kembali Deng Xiaoping. Tindakan pertama yang dilakukan Deng setelah berkuasa adalah mengurangi pengaruh Mao, menyingkirkan musuh-musuhnya dan melarang organisasi-organisasi tidak resmi di luar pemerintahan.Â
Langkah berikutnya adalah membuka China untuk melakukan perdagangan internasional dan mengundang investasi asing, meningkatkan hubungan internasional serta mengembalikan kedaulatan Hongkong dan Macao ke China. Puncaknya pada pertengahan 1980-an, Deng Xiaoping meluncurkan kebijakan Gaige-Kaifang (Reformasi dan Pintu Terbuka). Kebijakan ini menjadi awal pertumbuhan ekonomi China yang pesat, namun sekaligus juga menciptakan jurang perbedaan kaya-miskin makin lebar.
Berbeda dengan kebijakan egalitarian Mao, Deng Xiaoping beranggapan bahwa 'menjadi kaya adalah mulia' dan 'Sosialisme tidak identik dengan kemiskinan'.
Menurut Deng perekonomian tanpa berbasis kapitalis akan membuat China sulit menjadi sejahtera. Namun kebijakan liberal di bidang ekonomi tidak berbanding sejajar dengan sektor politik. Deng berkeyakinan bahwa kondisi sosisl-politik yang stabil merupakan prasyarat untuk menjalankan pembangunan ekonomi, sehingga diperlukan peran partai yang kuat untuk mengontrol pemerintah dan masyarakat.Â
Ketika demonstrasi mahasiswa di Lapangan Tiananmen menuntut kebebasan politik lebih luas  termasuk mengakhiri monopoli partai politik oleh PKC.. Tanggal 4 Juni 1989, dengan lampu hijau dari Deng, tank-tank tentara memasuki Tiananmen yang mengakibatkan ratusan dan mungkin ribuan mahasiswa meninggal.  Jadi Deng Xioping merupakan reformis yang sangat liberal di bidang ekonomi, tetapi sangat konservatif dan dogmatis di bidang politik.
Xi Jinping Pemimpin Baru China