Mohon tunggu...
asroni hamid
asroni hamid Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Maaf, Saya Enggak Jadi Ikut

28 September 2018   07:04 Diperbarui: 28 September 2018   09:43 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah kubilang berulang-ulang. Aku nggak mau demo. Jadi percuma kau mengkhotbahi aku soal perjuangan anak bangsa. Katamu begitu. Rupanya kau sudah menjadi super hero dadakan. Terlalu memvonis seseorang saat nggak searah dengan gaya pikiranmu! Gumamku sedikit menghardik sebelum ku-cancel ketikan terakhir lewat chattingan group. 

Aku juga heran, Sugito sekarang  tampil lebih nge-hero. Lebih nge-ustaz. Padahal yang kutahu dia suka slengean. Tapi tiba-tiba sekarang kok seperti itu ya? Apa memang dia sudah taubatan nashuha? Atau memang tuntutan profesi.

Tapi kalau tuntutan profesi, dia jadi apa? Kerjanya juga mediator bangunan. Atau biasa disebut calo. Dan bisa juga dibilang kerja serabutan. Bahkan sekali-kali ngojek pangkalan. Pernah suatu ketika dia marah-marah nggak jelas setiap berpapasan dengan driver ojek online.

Ya alasannya mematikan rizqi ngojek pangkalannya. Padahal temennya pernah ngajakin dia untuk gabung daftar driver ojek online. Maksud temennya sebagai pendamping saja. jadi saat ojek pangkalannya sepi, dia bisa beralih ke online.

Tapi nyatanya dia malah mencak-mencak nggak jelas. Sudah seperti Mufti. Bilang ojek online itu bid'ah dholalah. Akhirnya temennya males buat ngajakin lagi.

"Assalamu'alaikum,..." terdengar salam yang sepertinya nggak asing lagi. Betul, itu suaranya Sugito Raharjo. Ada apa pagi-pagi ke tempatku?

"Wa'alaikum salam,..." jawabku sambil kupersilahkan duduk di teras. Bukannya nggak hormat tamu, dia memang suka duduk di teras kalau ke tempatku. Katanya kalau diluar lebih santai.

"Ada apa gerangan pagi-pagi ke sini. Subhanallah,..bajunya keren sekali." Lanjutku sambil naruh asbak rokok. Setahuku dia pecandu rokok gado-gado. Jadi segala jenis rokok bakalan nggak ditolak alias oke-oke saja. mau rokok kretek, filter, bahkan ngelintingpun bakalan disapu bersih.

"Biasa. Ketua Korwil gitu?" jawabnya singkat dan jelas. "Makanya, aku sempetin ke sini buat ngajakin kamu. Saya harap kamu nggak nolak. Ya anggaplah ini jihad buat keluarga kamu. Kalo nggak sekarang kapan lagi?" lanjutnya sudah layaknya motivator beneran.

Memaparkan alasan dan tujuan dengan detil dan panjang lebar. Aku hanya manggut-mangut saja sesekali senyum kecil hingga ketawa lepas.

"Ayo diminum kopinya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun