“Yah sebaiknya begitu.” Kata Rian.
Kami pun beranjak menuju pintu depan. Ketika sampai di depan pintu kami melihat sekeliling vila ini namun, kami tidak menemukan apapun. Sessat setelah kami berbalik ingin kembali masuk ke dalam vila, tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang tertancap.
“CCKK” suara benda tertancap tersebut.
Aku dan Rian pun berbalik badan lagi dan betapa terkejutnya kami ternyata suara benda tertancap tersebut adalah sebuah panah yang menancap di dinding vila yang terbuat dari kayu itu. Aku hanya menatap Rian dengan tatapan terkejutku. Sesaat kemudian, aku dan Rian pun berlari masuk ke dalam vila tak lupa mengunci pintu depan terlebih dahulu. Kami bersembunyi di dalam lemari yang berada di ruang tengah. Lemari tempat kami bersembunyi ini lumayan besar sehingga bisa menampung kami berdua. Lemari ini juga memiliki sedikit celah di pintunya sehingga kami bisa melihat siapa yang datang.
Tedengar suara dobrakan pintu dari depan. Aku yakini bahwa orang tersebut sedang mencoba membobol pintu itu. Ketakutanku semakin bertambah ketika tertedangar suara pintu tersebut berhasil terbuka. Terdengar suara derap langkah seseorang menuju ruang tengan dan itu membuatku semakin bergetar. Langkah itu semakin mendekat membuat keringat dingin mengucur di pelipisku. Aku bisa melihat orang tersebut telah sampai di ruang tengah tepat didepan lemari tempat persembunyianku bersama Rian. Orang itu memakai baju serba hitam dan membawa sebuah busur yang cukup besar di tangannya. Aku pun mencoba menyenggol lengan Rian tetapi ia tidak memberi respon apapun. Saat aku mencoba untuk menoleh ternyata ia sedang menutup matanya tak lupa dengan keringat yang mengucur deras di bagian pelipisnya.
“Rian.” Ucapku dengan nada berbisik supaya orang itu tidak mendengarku.
“Rian, bukalah matamu! Orang itu ada didepan kita” sambungku lagi masih dengan nada berbisik.
Rian pun membuka matanya perlahan, hampir saja ia berteriak melihat orang itu tetapi, aku cepat-cepat membekap mulutnya dengan tanganku.
Orang itu menoleh ke arah kiri kemudian menoleh kearah kanan tepat dimana lemari tempat persembunyianku berada. Betapa terkejutnya kami saat melihat wajah orang tersebut. Wajah itu adalah wajah yang tidak asing, wajah yang hampir setiap hari kami lihat. Orang yang setiap harinya selalu tertawa dan berkeluh kesah bersama kami. Orang yang kami tidak pernah bayangkan akan menjadi dalang dari semua ini. Orang itu adalah KARIN. Yah dialah orangnya. Tangisku sudah tak bisa terbendung lagi. Aku menangis tidak menyangka mengapa ia tega melakukan semua ini terhadap kami.
Karin pun berjalan menuju ke arah lemari tempat persembunyianku.
“Kalian pikir aku tidak tahu bahwa kalian berada disana? HAHAHA!” ucap Karin dengan tawanya. “KELUAR KALIAN! AKAN KUKIRIM KALIAN AGAR BISA BERSAMA DENGAN TEMAN-TEMAN KALIAN! BUKANKAH ITU YANG KALIAN INGINKAN? HAHH?” teriak Karin seperti orang yang sudah kehilangan akal.