Ujian akhir semester telah usai, kini saatnya semua siswa-siswi menikmati hari liburnya. Tentunya aku tak pernah melewatkan hari-hari liburku tanpa pergi ke suatu tempat yang menurutku paling cocok untuk berlibur. Tidak seperti biasanya aku menghabiskan hari liburku bersama keluargaku dengan pergi ke tempat-tempat yang memang patut dikunjungi saat hari libur, liburan kali ini aku dan teman-temanku merencanakan untuk berlibur bersama ke suatu tempat.
Perkenalkan namaku Mawar. Aku sekarang berada di tingkat akhir Sekolah Menengah Atas (SMA) semester 1. Aku memiliki 5 teman dekat di Sekolahku. Mereka bernama Wenni, Karin, Nessa, Rian, Bimo. Meskipun kami tidak berada di kelas yang sama, kami sangat akrab karena kami seudah berteman sejak kelas 1 SMP.
Tempat yang akan kami kunjungi berada di daerah puncak. Tempat itu memang jarang dikunjungi karena selain terpencil tempat itu juga memiliki banyak mitos. Mitos yang paling terkenal di masyarakat sekitar tentang daerah itu adalah orang yang datang kesana tidak akan bisa kembali dengan selamat. Konon, ada seorang pemburu yang masuk ke kawasan puncak tersebut dan tidak pernah kembali sampai sekarang. Mitos tersebut berkembang dikalangan masyarakat sekitar dan membuat tempat tersebut jarang dikunjungi.
Hari ini, tepatnya hari Selasa, pukul 08.00 kami memulai perjalanan kami menuju puncak. Aku dan teman-temanku sangat menikmati perjalanan kami karena selain kawasan menuju puncak ini masih asri dan tidak banyak polusi, tempat ini juga tidak ramai kendaraan sehingga kami tidak perlu merasakan macet. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam kami pun sampai di tempat tujuan.
Kesan pertamaku saat memasuki kawasan ini memang terasa aneh tetapi aku hanya mengabaikannya dan terus berjalan bersama teman-temanku memasuki vila yang akan kami tempati untuk 3 hari kedepan. Vila yang kami tempati ini dibuat dari kayu sama seperti bangunan-bangunan lama tetapi kesan estetisnya sangat kental. Banyak ukiran-ukiran baik di pintu maupun di dindingnya. Saat memasuki vila kami tidak menemukan satu orang pun di dalam vila. Kemudian aku berpikir apakah tidak ada orang yang menjaga vila sebesar ini? Tapi kalo tidak ada yang menjaga, kenapa villa ini sangat bersih? Berbagai spekulasi mendatangi pikiranku tetapi sama seperti sebelumnya aku hanya mengabaikannya.
Di dalam vila kami menempati 3 kamar. Kamar yang satu ditempati oleh Rian dan Bimo, kamar yang kedua ditempati oleh Aku dan Karin, kemudian kamar yang terakhir ditempati oleh Wenni dan Nessa. Setelah memasuki kamar masing-masing kami pun beristirahat.
Malam telah tiba. Karena terlalu lelah kami ketiduran sampai malam hari. Kami semua berkumpul di ruang tengah vila ini sambil berbincang-bincang mengenai aktivitas yang akan kita lakukan selama berada di sini. Lama berbincang–bincang membuat perut kami kelaparan, kami pun berjalan menuju ruang makan yang tersambung dengan dapur. Betapa terkejutnya kami saat sampai di ruang makan ternyata makanan sudah tersedia di atas meja makan.
Karena sudah terlalu lapar kami pun segera menyantap makanan tersebut. Makanan tersebut sangat lezat. Setelah selesai makan kami pun melanjutkan pembicaraan kami, tetapi betapa terkejutnya aku saat melihat Nessa seperti orang keracunan. Busa keluar dari mulutnya dan mata hitamnya sudah hampir tidak terlihat. Kami semua pun berdiri menuju tempat dimana Nessa berdiri. Sambil menepuk-nepuk pipiya Karin berkata, “Nessa, ada apa denganmu? Jangan bercanda!” Tidak lama kemudian Nessa pun sudah tidak sadarkan diri. Saat Rian mencoba mencari denyut nadi Nessa, ternyata Nessa sudah meninggal dunia. Kami semua pun menangis karena bukannya mendapat kesenangan kami malah mendapat musibah di tempat ini. Karena jauh dari jangkauan kota, kami pun membawa mayat Nessa ke Gudang yang berada di belakang Villa ini.
Aku, Wenni, Karin, Rian, dan Bimo sekarang sedang berada diruang tengah. Kami semua bingung apa yang harus kami lakukan. kami tidak bisa langsung pulang karena jemputan kami akan datang setelah 3 hari kami berada disini. Selain itu, kami tidak bisa meminta pertolongan karena tepat ini sangat terpencil. Karin dan Wenni masih menangis. Aku pun berusaha menenangkan diri walaupun aku juga takut. “Apa yang harus kita lakukan?” ujar Bimo sambil berdiri dari tempatnya. Rian pun berkata, “kita harus tenang. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya berdoa agar kita bisa selamat sampai 3 hari kedepan.” Berusaha menggunakan nada yang lembut. Akhirnya kami pun mengakhiri pembicaraan kami dan tertidur di ruang tengah.
Keesokan harinya, kami pun mencari makanan di hutan sekitar vila, berharap bisa menemukan bahan makanan. Kami pun berpecar untuk mencari makanan, aku bersama Karin dan Bimo, sedangkan Wenni bersama Rian. Dalam perjalanan kami mencari makanan, kami sangat berhati-hati takut-takut akan ada sesuatu yang buruk. Aku, Karin, dan Bimo pun berhasil menemukan kelinci yang bisa kita jadikan sebagai makanan pagi ini sekaligus untuk makan siang, mungkin.
Setelah itu aku, Karin, dan Bimo pun kembali menuju vila. Ketika kami hampir sampai di vila tersebut, kami mendengar suara orang berteriak dari belakang. Saat kami menoleh ternyata orang itu adalah Rian. Rian datang seorang diri dengan napas yang terengah-engah seperti orang yang dikejar setan.