Semua sudah anggap dengan sedikit kebarat-baratan jadi trend maka akan menaikkan gengsi. Standing party, macam-macam makanan dari sabang sampai merauke, miangas sampai rote. Banyak masyarakat kita menyelenggarakan acara seperti di atas, resepsi pernikahan dengan musik dangdut semalam suntuk, katanya biar semua terhibur dan senang, seolah sebagai ungkapan rasa syukur kebahagiaan pasangan pengantin. Wong Deso yang berharap ke Barat-baratan…
Budaya hambur-hambur ria di tengah kemiskinan yang mencekik sangat sering ditayangkan televisi. Anehnya, sebagian masyarakat masih belum sempat mengelus dada pada pesta hura-hura tersebut. Mereka telaten menyimak dimana pakaian dibeli, perancang, tamu artis yang datang, mas kawin, gaun siang, gaun malam.. Ini mungkin yang disebut rekreasi ruhani?.
Rasa syukur mengalami perubahan makna. Sangat disayangkan, sebagian masyarakat kurang mengerti bentuk rasa syukur seperti apa, bagaimana jalan mengungkapkannya, sehingga semua menjadi doa agar kenikmatan yang diberikan Yang Maha Rahman tidak terputus. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang lalai, dan menjadi orang yang selalu mengingat karuniaNya
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H