Dua belas tahun terlewati
Menjadi korban satu tahun terkeji
Tertatih setiap hari
Masa lalu histeri
Masa kini halai balai
Selagi mampu, lari
Bungkam selagi tak berani
Imla setan, "Ingin mati!"
Tanggalkan hati
Siapkan belati
Uris nadi
Seorang Kawan di seberang menangis
Melihat di sini Dia teriris
– tersentil, berpuluh kali
– tertampar, hingga sakit menggelibir
"Tahik!"
Tersenggol Dia oleh wangi surgawi
Menggelitik, memaksa untuk menukik
Beralih - melesit - berderit……………..
Sampai setasiun terjauh - pangling
Gerbong "Sadar" Dia masuki
"Pake aja sendalnya, Mbak. Anggep aja rumah sendiri."
Duduk Dia menepi
Mencari yang tak hilang pasti
Berdiam selagi kereta berlari
Selagi hening, berteriak nurani
Mencari Satu Yang Sejati
"Sing kendel imanmu. Aku nganthi kowé." bisik yang mengusik
Membantu Dia mendapat budi
Hidup Dia masih
"Ah! Sakti kali!"
Kagum sang Kawan dalam pekik
Dalam kereta menjadi saksi
Sepotong urip nan legit
Dua belas tahun terlewati
Menjadi pejuang akibat satu tahun terkeji
"Matur nuwun, Gusti!"
Dua belas tahun lagi siap Dia perangi
(Tangerang, Oktober 2013)
untuk para sahabat yang berjuang menghidupi hidup :)
-Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H