Mohon tunggu...
Asri Christine Lubis
Asri Christine Lubis Mohon Tunggu... -

behind the noh mask.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pejuang (Tak) Waras

10 Oktober 2013   07:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua belas tahun terlewati
Menjadi korban satu tahun terkeji

Tertatih setiap hari
Masa lalu histeri
Masa kini halai balai
Selagi mampu, lari
Bungkam selagi tak berani
Imla setan, "Ingin mati!"
Tanggalkan hati
Siapkan belati
Uris nadi

Seorang Kawan di seberang menangis
Melihat di sini Dia teriris
– tersentil, berpuluh kali
– tertampar, hingga sakit menggelibir

"Tahik!"
Tersenggol Dia oleh wangi surgawi
Menggelitik, memaksa untuk menukik

Beralih - melesit - berderit……………..

Sampai setasiun terjauh - pangling
Gerbong "Sadar" Dia masuki
"Pake aja sendalnya, Mbak. Anggep aja rumah sendiri."

Duduk Dia menepi
Mencari yang tak hilang pasti
Berdiam selagi kereta berlari
Selagi hening, berteriak nurani
Mencari Satu Yang Sejati
"Sing kendel imanmu. Aku nganthi kowé." bisik yang mengusik
Membantu Dia mendapat budi

Hidup Dia masih
"Ah! Sakti kali!"
Kagum sang Kawan dalam pekik
Dalam kereta menjadi saksi
Sepotong urip nan legit

Dua belas tahun terlewati
Menjadi pejuang akibat satu tahun terkeji

"Matur nuwun, Gusti!"
Dua belas tahun lagi siap Dia perangi

(Tangerang, Oktober 2013)

untuk para sahabat yang berjuang menghidupi hidup :)
-Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun