Mohon tunggu...
Alimah
Alimah Mohon Tunggu... Penjahit - Alumni SMK

Hoby ku mendengarkan audio buku. Mendengarkan music dan membuat kerajinan tangan. Baru belajar melulis,tolong beri saya kritik dan saran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tembok dan Wajah

27 September 2024   06:08 Diperbarui: 27 September 2024   06:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*"Tembok dan Wajah"**

Mereka, manusia saling memandangi,  

Pandangan yang jatuh di satu sisi,  

Pada keindahan yang tampak berseri,  

Hati bersih bertabur warna-warni,  

Warna cerah, namun gelap tersembunyi.

Warna adalah perlambang jiwa manusia,  

Seperti tembok cerah di halaman mereka,  

Begitu semarak, penuh rupa dan cahaya,  

Namun apakah cerah tembok itu tanda bahagia?  

Belum tentu, mereka hanya ingin tampak ceria.

Tembok itu penghalang, tirai pandangan,  

Menutup apa yang tak ingin disaksikan,  

Di balik senyum, dalam hati yang kelam,  

Tertumpuk beban, disisih dalam diam.  

Namun mengapa kita masih saling iri?  

Sedang senyum mereka, mungkin sekadar ilusi,  

Pertunjukan bagi mata yang tak memahami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun