*"Tembok dan Wajah"**
Mereka, manusia saling memandangi, Â
Pandangan yang jatuh di satu sisi, Â
Pada keindahan yang tampak berseri, Â
Hati bersih bertabur warna-warni, Â
Warna cerah, namun gelap tersembunyi.
Warna adalah perlambang jiwa manusia, Â
Seperti tembok cerah di halaman mereka, Â
Begitu semarak, penuh rupa dan cahaya, Â
Namun apakah cerah tembok itu tanda bahagia? Â
Belum tentu, mereka hanya ingin tampak ceria.
Tembok itu penghalang, tirai pandangan, Â
Menutup apa yang tak ingin disaksikan, Â
Di balik senyum, dalam hati yang kelam, Â
Tertumpuk beban, disisih dalam diam. Â
Namun mengapa kita masih saling iri? Â
Sedang senyum mereka, mungkin sekadar ilusi, Â
Pertunjukan bagi mata yang tak memahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H