Mohon tunggu...
Alimahsriastuti
Alimahsriastuti Mohon Tunggu... Penjahit - Saya lulusan SMK, Jurusan tata busana.

Hoby ku mendengarkan audio buku. Mendengarkan music dan membuat kerajinan tangan. Baru belajar melulis,tolong beri saya kritik dan saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengagum Rahasiamu

13 Desember 2023   12:36 Diperbarui: 13 Desember 2023   12:47 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengagum rahasiamu

Hai namaku Zahra, usiaku 22 tahun. aku tundukan kepalaku ,sesekali gadis ku tiup helaian rambut yang menggangu, ku tengok jendela kamarku.

Diluar sana sekelompok orang sedang bermain bola voli.

Ku genggam pena kesayangaku, ku putar dan ku ketukan pena itu memikirkan kalimat bagus apa yang dapat ku tulis di buku diaryku hari ini.

Beberapa saat kemudian, terdapat beberapa baris kalimat di buku itu.

Seperti rembulan di langit malam, kamulah pembawa cahaya direlung hatiku.

Sayang sungguh sayang, engkau terlalu jauh, terlalu tinggi, ku hanya mampu menyentuhmu dalam doa. Adakah aku istimewa di hatimu?? 

Kembali ku tatap jendela, sosok di kejauhan sepertinya begitu fokus dalam permainannya. Sungguh manis, senyummu selalu begitu manis. Latar belakang matahari terbenam menghiasi cakrawala permainan hari ini berakhir, semua berjalan kembali ke rumah masing-masing ku tatap punggung mu yang perlahan menjauh, ada rasa sedikit kehilangan.

Entah sejak kapan hati ini berbelok, hubungan pertemanan yang terjalin lama berubah menjadi kekaguman. Kagum atas kecerdasanmu, kagum akan kebaikanmu kagum akan senyummu, kagum dengan suara indahmu yang selalu mampu membangkitkan sebuah senyuman bahkan menghapus sebuah amarah yang terbit di hatinku.

Entah mengidam apa dulu tante saat mengandung, mungkinkah itu madu? hingga suaramu begitu manis di panca indraku, membawa keceriaan di manapun kau berada, meski harus ku akui kau kadang sedikit kekanak-kanakan.

 

Lambaian tangan mengganggu pandaganku, membuatku menoleh, kulihat senyum yang terlihat sedikit konyol dengan lesung pipit di kedua sisi.

"Dek sejak kapan masuk kamarku" tanyaku heran.

"Sejak sepuluh menit yang lalu, tadi ada pemandangan bagus disini, sekarang udah enggak."

"Pemandangan apa?" 

"Tadi ada orang lagi senyum-senyum sendirian kira-kira masih waras nggak nya?" melihat senyum mengejek rasanya sebal bercampur malu.

"Huh dasar kurang asem, ngapain disini?" kataku dengan cemberut.

"Kakak malem ini jadi ke pasar malemkan?"

"Ngga jadi" enak saja tadi baru nyindir kalo aku agak stres, dah mau jadiin aku tukang ojek lagi, huh nggak semudah itu ku gerutuku dalam hati

"Kenapa?"

"Ngga punya bensin"

"Tinggal beli aja kan?" katamu menyodorkan selembar uang.

Ku tatap selembar uang sepuluh ribu di tanganmu dengan mengernyit.

"Buat bayar parkir? baby crab sama bakso enak" akhirnya uang itu berubah warna menjadi biru cerah namun aku masih mengernyit, ku genggam uang itu erat, sedikit khawatir akan diambil lagi.

"Hari ini bang Fadhil ngisi pertunjukan di pasar malem" Rasa senang memasuki hatiku yang berusaha ku tahan dengan sepenuh hati.

"Oh, terus kenapa? sana pergi siap-siap dasar bau asem" 

"Aduh ada yang.." Kalimat itu terpotong tatkala ku dorong adik menyebalkan itu keluar pintu. Sebuah gerutuan pelan terdengar saat pintu kututup perlahan, 

senyum yang ditahan akhirnya terbuka lebar.

Saat pukul 20.00 tiba kami akhirnya berangkat dan sampai 20 menit kemudian di tujuan. Kami mulai berjalan mengelilingi pasar malan seusai memarkirkan kendaraan.

Lampi-lampu menyinari malam seakan siang hari, beberapa lampu berkelap-kelip menambah semarak, lampu sorot besar diarahkan ke langit malam agar menarik perhatian lebih banyak orang. Terdapat tenda besar di tengah pasar malam itu, tempat pertunjukan hendak diselenggarakan. Sembari menunggu pertunjukan di mulai, kami berkeliling dan membeli berbagai camilan. Terdapat banyak gerai didirikan sebagian besar adalah makanan, beberapa gerai menjual pakaian, mainan ada juga pameran kecil berisi kerajinan lokal dan makanan khas daerah.

Setelah lama berkeliling gamelan akhirnya ditabuh tanda peerlunjukan akan segera dimulai setelah pidato sambutan telah usai.

  

32 orang penari memasuki arena, berusia remaja hinga paruh baya, bermain sesuai peran, kisah mahabarata ditampilkan dalam reog wayang tersebut.

Ku lihat kamu yang seseorang yang ku kagumi diantara para pemusik. Mengenakan baju hitam, menyisir rambut dengan rapi, iket di dikenakan di rambut hitammu yang legam. Sesekali kau menoleh masih mampu mencuri obrolan dengan teman disampingmu, kamu tersenyum entah apa yang kau sedang bicarakan.

Satu jam berlalu reog wayang telah berakhir, semua penari melakukan perannya dengan baik. Dengan malam yang semakin larut berbagai seni tari ditampilkan, penampilanya begitu memukau. Ada tari kuda lumping mulai dari yang klasik hingga kreasi baru.

Pertunjukan telah usai, berjalan menuju tempat parkir sembari melihat pedagang yang berjajar ku genggam tangan adikku. Sosok familiar melintas masih mengenakan pakaian yang sama, dengan senyum yang mengembang. Berdiri sampingnya seorang gadis cantik, di depan penjual bakso ia menggenggam ice cream ditangan kananya dan tangan kirinya mencubitmu.

Fadhil apakah dia kekasihmu? Tanyaku dalam hati. Dia cantik tidak heran bila kamu menyukainya dia begitu cantik meski tanpa riasan dan berpakaian sederhana. Di dalam doaku aku berdoa agar dirimu memiliki seorang pasangan yang cantik, cerdas dan tentu saja dapat membuatmu selalu tersenyum, pelipur di suka dukamu. Aku selalu tahu kita bahkan tidak begitu akrap sebagai teman apalagi kamu menyukaiku, itu kesadaran diriku bahwa kau mungkin bukan pasanganku namum melihatmu tersenyum seperti itu rasanya rumit, aku senang namun sedikit masam. Kupalingkan pandanganku darimu seakan merasakan tatapanku kamu menoleh, hanya menoleh bagaimana mungkin kamu akan menyapaku saat kekasihmu di genggaman. Semoga kalian bahagia, dan semoga ku dapatkan penggantimu yang lebih cocok menjadi pasanganku. 

Kamu itu seperti mentari, membawa kehangatan, memberi cahaya, kekagumanmu munkin kan terus ada, karna dirimu adalah inspirasiku untuk belajar menjadi lebih baik. Ku masih sedikit berandai kan terpilih di sisimu dan aku harus memantaskan diri untuk itu.

Aku tidak akan mengganggumu namun ku akan tetap mengusik sang penguasa takdir dengan doaku. Tentu saja doa tidak boleh ngotot juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun