Mohon tunggu...
Alimah
Alimah Mohon Tunggu... Penjahit - Alumni SMK

Hoby ku mendengarkan audio buku. Mendengarkan music dan membuat kerajinan tangan. Baru belajar melulis,tolong beri saya kritik dan saran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berikanlah Waktu, Kebenaran akan Terungkap

21 Oktober 2023   14:46 Diperbarui: 21 Oktober 2023   14:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di lantai ruang tamu yang mewah seorang gadis terisak pelan.

" papa nggak akan restui kamu menikah dengan Alan, bulan depan kamu harus menikah dengan jodoh yang papa pilih buat kamu!"

Kata mutlak papa di akhir perdebatan malam ini terngiang dikepalaku, berulang dan berulang. Ku dekap lututku dan terus terisak .

"Pa, aku cinta Alan, kenapa papa sebenci itu ke alan? " bisiku lirih seraya memejamkan mata, bulir air mata berjatuhan.

Aku terus menangis hingga pintu tiba-tiba terbuka. Tante ana yang baru pulang dari bekerja, melihatku yang tertunduk lesu, ia memelukku dan menuntunku untuk duduk di sofa.  

Beberapa saat kemudian, tante memersihkan wajahku dengan handuk basah yang hangat, dan menyodorkan segelas susu.

Setelah aku menghabiskan segelas susu tersebut, tante mengelus surai ku seraya berucap.

 "Kamu berantem lagi sama papamu?"

Aku, mengangguk, mataku kembali berkaca kaca.

"Tan, kenapa? Kenapa ayah sebenci itu ke Alan ? Kenapa papa ingin aku nikah dengan orang yang nggak aku kenal? Bahkan namanya aja aku nggak tahu, aku benci papa!" 

" Stt, jangan ngomong gitu nak, papa sayang kamu "

" Selama ini aku selalu ikuti keinginan papa, aku mau cuma ingin menikah dengan Alan orang yang aku cintai dan papa marah besar karena itu kenapa tan?" Kataku terisak.

"Nak papamu punya alasan atas semua yang ia lakukan"

"Alasan?, Alasan apa? Karna Alan miskin? Kenapa papa kekeh jodohin aku!" Kataku setengah berteriak.

Tante menggengam tanganku dan beberapa saat kemudian dia berkata.

" Dengerin tante nak, tante akan kasih tahu kamu semuanya, ini berhubungan dengan kematian mamamu 19 tahun lalu!"

21 tahun lalu mamamu jatuh dari tangga, rusuknya patah, saat di periksa lebih lanjut mamamu mengidap kanker paru-paru stadium 2, untuk biaya pengobatan papamu menjual rumah, serta berhutang kesana-kemari, lambat laun tidak ada yang bersedia memberi pinjaman.

 Pengobatan ibumu tertunda kondisinya drop dan ibumu meninggal dunia. Papamu menyalahkan diri atas ketidak mampuanya dalam membiayai pengobatan mamamu. 

Beberapa bulan setelah kematian ibumu, ayah mu tiba-tiba berubah. Ia memforsir tubuhnya dan bekerja lebih dari 15 jam per hari.Hingga akhirnya, ayahmu dapat membangun lebih dari 100 cabang restoran.

"Papamu bekerja begitu keras semata-mata untukmu nak!"

Kakek dan ibumu meninggal karena kanker paru-paru. Ayahmu khawatir dengan kesehatanmu, oleh karena itu ia membatasi makanan yang kamu ma

kan dengan ketat dan selalu memintamu melakukan medical chek up secara rutin.

Ayahmu tidak menjodohkanmu dengan orang yang tidak kamu kenal,

Orang yang hendak dijodohkan denganmu adalah Gilang dia temanmu waktu kecil, keluarganya turun temurun membuka bisnis rumah sakit. Beberapa diantaranya bertaraf internasional. 

 Dengan menikahkanmu dengan Gilang ayahmu berharap apa yang terjadi pada mamamu tidak akan terulang padamu. 

Dan alasan mengapa papa mu tidak merestui hubunganmu dengan Alan ada di dalam flashdisk ini, kamu dapat membacanya.

"Papamu yang meminta bibi memeritahumu semuanya nak!, papamu akan pulang sebentar lagi, mandilah dan cuci wajahmu!"

Setelah mengecup keningku bibi pergi ke lantai atas, aku bangkit mengambil laptop dan membuka flasdisk yang diberikan bibi padaku. Alangkah terkejutnya aku melihat saat isinya, hatiku sakit, aku menangis kali ini aku patah hati, Alan menghianati cintaku ternyata Alan tidak sebaik yang terlihat. Ternyata papa selalu melindungiku. Aku yang egois tidak mempercayai perkataanya.

[ ] 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun