Di lantai ruang tamu yang mewah seorang gadis terisak pelan.
" papa nggak akan restui kamu menikah dengan Alan, bulan depan kamu harus menikah dengan jodoh yang papa pilih buat kamu!"
Kata mutlak papa di akhir perdebatan malam ini terngiang dikepalaku, berulang dan berulang. Ku dekap lututku dan terus terisak .
"Pa, aku cinta Alan, kenapa papa sebenci itu ke alan? " bisiku lirih seraya memejamkan mata, bulir air mata berjatuhan.
Aku terus menangis hingga pintu tiba-tiba terbuka. Tante ana yang baru pulang dari bekerja, melihatku yang tertunduk lesu, ia memelukku dan menuntunku untuk duduk di sofa. Â
Beberapa saat kemudian, tante memersihkan wajahku dengan handuk basah yang hangat, dan menyodorkan segelas susu.
Setelah aku menghabiskan segelas susu tersebut, tante mengelus surai ku seraya berucap.
 "Kamu berantem lagi sama papamu?"
Aku, mengangguk, mataku kembali berkaca kaca.
"Tan, kenapa? Kenapa ayah sebenci itu ke Alan ? Kenapa papa ingin aku nikah dengan orang yang nggak aku kenal? Bahkan namanya aja aku nggak tahu, aku benci papa!"Â
" Stt, jangan ngomong gitu nak, papa sayang kamu "