Mohon tunggu...
asri istiqomah
asri istiqomah Mohon Tunggu... -

Saya seorang perempuan yang suka menulis dan membuat kerajinan tangan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kontroversi Status Pribadi di Jejaring Sosial

8 Juni 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, cukup segitu untuk perbandingan. Sebenarnya kita nih, paling banyak nyetatus apa sih? Pribadi atau publik? selain itu mari kita jujur, apakah setiap yang pribadi?privasi itu pasti salah jika dipublikkan?

Selanjutnya, untuk menyikapi fenomena hiruk pikuk dan gila-gilaannya teman-teman pesbuk kita *wah parah, si Penulis gak ngerasa gila-gilaan nih hi hi*, ada baiknya kita lihat dari latar belakang teman-teman kita itu sendiri. Lihat keluarganya, lihat daerahnya, lihat agamanya, lihat ideologinya. Jika kita melihat itu semua, maka kita akan menjadi orang yang lebih toleran melihat perbedaan. Jangan malah menjauhi atau mendelete mereka dari pertemanan, jangan pula hanya berkumpul dengan orang-orang yang sevisi dengan kita. Karena dakwah seharusnya lebih luas dan terbuka.

Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:
“Orang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan bersabar terhadap ulah buruk mereka, maka pahalanya lebih besar daripada mukmin yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak bersabar atas ulah buruk mereka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Tapi, jika yang melakukan kehebohan itu adalah orang yang menurut kita seharusnya paham untuk tidak begitu. Kita bisa ingatkan secara pribadi, sekali, dua kali, tiga kali. Jika belum manjur juga tinggal doakan aja. Karena kita tidak punya hak atas hidayah dari Allah. Rasulullah aja tidak punya hak untuk menjadikan orang itu baik. Yang punya hak jelas hanya Allah. “Laa ikhroha fiddiin … tidak ada paksaan dalam agama.” Apalagi jika perbedaan itu bukanlah perbedaan yang sifatnya tsawabit dan muhkamat (pokok dan sudah jelas dalilnya). Jika perbedaan itu perihal yang mutaghayyirat (banyak variabel/bisa berubah-ubah) sesuai kondisi daerah, situasi terkini, dsb, maka janganlah hal itu membuat perpecahan dalam tubuh umat ini, atau dalam persaudaraan kita. Berlapangdada lah, karena itu akan membuat hatimu lebih tenang dan tentram. Ayo, siapa mau terus menerus mendapatkan pahala?

Oke itu dulu, monggo kawan-kawanku, silakan kasih opininya ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun