Mohon tunggu...
Asra Sinta
Asra Sinta Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis yang sedang belajar

Satu gagasan yang kubaca menambah satu temanku, satu gagasan yang kutulis menambah sejam usiaku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hakikat Memberi

21 Agustus 2020   21:07 Diperbarui: 21 Agustus 2020   20:55 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku seorang karyawan kontrak

tiga bulan lalu saat pandemi bertamu kenegriku

banyak hal yang kami ubah untuk sang tamu spesial

iseng aku keluar rumah mengintip sang tamu yang katanya mengintai semua penjuru negeri

diluar kulihat, beberapa keluar dari mobil dan membagi bagikan bungkusan makanan

beberapa kelompok dengan sepeda motor juga turut melakukan hal yang sama

aku bersyukur dua kali

pertama, tamu spesial ini ternyata menggerakkan hati nurani bangsaku untuk sebuah empati

kedua, walau tak mampu memberi setidaknya jatah untukku cukuplah untuk yang lain

tapi bersyukur dua kali rasanya tak cukup membuat bahagia

hatiku resah, aku bisa apa, apa aku tercipta hanya sebagai penonton

 beberapa waktu aku melintas hendak kerja 

seorang wanita duduk bersama mungkin saja suaminya

pakaiannya lusuh, wajahnya memelas, menegadahkan tagan dengan kantong plastik

setiap pelintas merogohkan recehan dan mengulurkannya

sungguh memalukan, bahkan recehpun tak ada dikantongku

hatiku iba bercampur malu, haru dan syukur dan entahlah

Tuhan kiranya memelihara dan mencukupkan kebutuhan mereka hari ini dan seterusnya

Tuhan berikan kesembuhan dan hati yang selalu bahagia

kataku dalam hati

setelah sebulan aku tak pernah bertemu mereka lagi, hatiku gundah

sudah berkali kali receh yang kupersiapkan tidak sampai tujuan

mungkinkankah pemberianku terlalu kecil

aku bertemu ibu itu lagi, aku menyapa dan bertanya

katanya, terimakasih nak berkat uluran pelintas jalan ini suami saya bisa sembuh dari katarak

beberapa waktu kami tidak mengemis kami sedang melakukan pengobatan

kini dia sudah bisa memulung setidaknya tidak mengemis lagi berdua bersama saya.

hatiku tertegun dan tersindir, apa sebenarnya yang sudah kuberikan sehingga ia berterimakasih setulus itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun