Mencoba bicara, eh, jawabannya tak sesuai ekpekstasi. Contohnya, "Bang, uang belanja habis, nih."
Ekspektasi istri, "Oh, gitu, Neng. Doakan hari ini Abang dapat rezeki ya, ntar buat Neng semua."
Sujud syukur deh, istri. Atau membayangkan solusi lembut, "Oh, gitu Neng. Ini Abang ada dikit, tadinya mau buat beli bensin, buat Neng aja dulu." Wow! Membuncah nggak, Mpok?
Faktanya, jawaban suami malah bikin nelangsa. "Boros amat sih, Neng! Dikasih duit habis melulu." (Nangis di pojokan gigit panci!)
Jadi, buat para suami, perlonggarlah nafkah istri. Nafkah batinnya. Bukankah sebaik-baik suami adalah yang terbesar memberi nafkah? #ngarang
Sementara itu, masalah terbesar suami adalah nafkah batin. Biasanya bersumber dari tidak tersalurkannya urusan ranjang (#ups). Suami cenderung kurang komunikatif juga. Nggak bisa romantis. Nggak bisa ngegombal. Malu mau merayu. Kalau sudah gitu, istri mana tahu kalau situ lagi mau?
Jadinya suami juga diam. Apalagi melihat istri kecapekan, segan mau minta. Seharian ngurusi panci-panci, plus krucil-krucil, kok rasanya egois sekali malam masih dikerjain. Kasihan. Padahal besoknya, suami uring-uringan. Akhirnya, dimintai uang belanja juga ogah-ogahan. Lah, nggak ngomong minta nafkah batin, kok, uang belanja yang disandera. Tolong!
Hihi...kayaknya ada benernya juga nih, seloroh seorang pejabat dalam sebuah obrolan (laki-laki pastinya dan bukan suami saya hehe..). Katanya, kebutuhan suami itu hakikatnya hanya ada dua.Â
Perut dan di bawah perut (#ups). Jadi para isteri, kalau ingin membahagiakan suami, penuhi dua kebutuhan itu sudah cukup. Itu mengapa dalam Islam, istri harus taat pada suami. Terutama dalam melayani nafkah batin. Terjaga deh suami dari godaan pelakor yang terkutuk #eh.Â
Akhirnya, semoga masalah komunikasi suami-istri ini jadi bahan introspeksi (buat saya pribadi, pastinya). Jangan sampai jadi bom waktu yang meledak sewaktu-waktu.
Ini baru meledak di media sosial. Kalau tidak diatasi, bisa sampai depresi, divorce, dan bunuh diri. Kasus ibu bunuh diri bersama tiga anaknya yang mengiris hati itu, rasanya juga ada kaitannya dengan kurangnya komunikasi dengan sang suami. Beban dipikul sendiri. Mendem. Ah, mudah-mudahan tak terjadi lagi.