Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Tanpa Paspor #14

22 Agustus 2016   21:12 Diperbarui: 22 Agustus 2016   21:17 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh sedikitnya berikut ini: 

Ada empat atlet bulutangkis Indonesia yang pindah warga negara: Tony Gunawan jadi WN Amerika Serikat; Mia Audina jadi WN Belanda, Halim Haryanto, eks pasangan Tony Gunawan saat juara dunia ganda putra 2001 juga mengikuti jejak Tony, juga jadi WA AS dan Albertus Susanto Njoto, jadi WN Hongkong. Nah, ke mana nasionalisme mereka?

Yang tak kalah mencengangkan, Miss Indonesia 2006, Kristania Virginia Besouw, kini menjadi tentara di Amerika Serikat. Di ajang Miss World 2006 di Polandia, dulu berbikini berselempang Indonesia, (katanya)  membela tanah air mati-matian (dan cuek dengan maki-makian), sekarang mengangkat senjata membela AS. Duh! Mana doktrin nasionalismenya? Manaaaa?

So, nasionalisme bersekat negara itu terbukti absurd. Sangat lemah. Mudah saja ditanggalkan. Mana takut. Mana peduli. Jangankan “berkhianat” pada negara, berkhianat pada Tuhan pun sanggup. Karena, Tuhan manusia saat ini adalah “uang”.

Tetapi, apakah benar mereka memang “pengkhianat”? Mungkin saja yang mereka harapkan sebenarnya sederhana: di mana saja tinggal di muka bumi ini, asal perut terpenuhi, di situlah saya mengabdi. Karena, fitrah manusia itu–muslim maupun nonmuslim, dulu, sekarang atau nanti-- tetap sama: yang penting bisa hidup nyaman dan tenteram. Terpenuhi kebutuhannya.Tak lagi peduli lahir di mana dan harus membela negara apa. 

Tentunya, sebagai muslim, poin tambahannya adalah: bisa ibadah dan menjalankan aturan-Nya secara kafah demi mencapai ridho-Nya. Bukan semata-mata bertuhankan uang. Tetapi, benar-benar percaya pada Allah SWT sebagai Pencipta bumi yang cuma satu-satunya di jagat ini. Kita pun yakin, Allah menurunkan aturan yang juga satu-satunya untuk dunia yang juga cuma satu ini.

Walau aturan yang satu ini selalu multitafsir di tangan manusia, tetapi di tangan pemimpin yang benar, sistem yang benar, setidaknya manusia tidak membutuhkan berbilang aturan. Karena, alangkah mustahilnya jika Allah tak sanggup membuat aturan untuk dunia, yang tentunya hanya selebar daun kelor ini di mata-Nya, bukan?(*)

#belajarnulis

#ngalorngidul

#bukanngalorngidul

#taklukkandeadline

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun