Mohon tunggu...
Aspar
Aspar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi bidang olahraga dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Posistif pada Murid

19 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 19 Maret 2023   21:20 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid.

Oleh : Aspar

CGP A.6.18 Sumatera Barat

Modul 3.2  membahas mengenai Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Pada koneksi antar materi CGP diminta untuk memberikan pembahasan mengenai hal-hal berikut ini

  • Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
  • Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
  • Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
  • Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

Perasaan yang muncul setelah mengikuti pendidikan dan latihan modul 3.3 mengenai Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid adalah senang karena hal-hal berikut ini.

  • Wawasan dan kompetensi saya mengenai pendidikan yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan KHD bertambah.
  • Wawasan saya keterlibatan komunitas dalam membangun student agency menjadi bertambah.
  • Penyusunan program yang berpihak pada murid sesuai alur BAGJA menjadi lebih jelas dan mudah saya pahami.
  • Saya menjadi paham bahwa program apapun yang terdapat di sekolah haruslah melibatkan peran murid sebagai student agency. Suara, pilihan dan kepemilikan program yang ada di sekolah menjadikan murid tumbuh dengan baik sehingga murid lebih bertanggung jawab dengan program sekolah.

Modul 3.3 mengenai Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid memberikan pemahaman baru bagi saya. Intisari yang saya dapatkan dari modul ini adalah sebagai berikut ini.

  • Di sekolah, guru seharusnya menumbuhkan kepemimpinan murid, sehingga murid memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembeajarannya sendiri. Sebagai pendidik, guru harus menfasilitasi murid dengan membangun lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. Melalui student agency ini maka akan terwujud profil pelajar Pancasila. Guru juga dapat melibatkan komunitas agar dapat menumbuh kembangkan kepemimpinan murid di sekolah.
  • Menumbuh kembangkan kepemimpinan murid di sekolah dapat dilakukan guru dengan merencanakan program/kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler atau ekstrakurikuler. Program-program ini disusun melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi). 

Modul 3.3 mengenai Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid memiliki keterkaitan dengan modul-modul Program Guru Penggerak yang dipelajari sebelumnya. Keterkaitan ini dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

Filosofi KHD bahwa Pendidikan adalah proses menuntun tumbuhnya kodrat murid melalui penumbuhan murid merdeka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran seharusnya merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid. Program ini hendaknya bertujuan untuk merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat murid dengan merdeka belajar. Potensi dan suara murid dapat tergali dengan baik sehingga menumbuhkan rasa memiliki/kepemilikan yang tinggi dalam diri murid.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Nilai dari Guru Penggerak adalah Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Peserta didik. Sedangkan Peran Guru Penggerak adalah Menjadi pemimpin pembelajaran Mengerakkan komunitas praktisi, Menjadi coach guru lain, Mendorong kolaborasi antar guru, Mewujudkan kepemimpinan murid. Nilai dan peran ini berperan dalam menggerakkan komunitas yang selalu menumbuhkan lingkungan yang arif bijaksana dan menggali potensi murid sehingga tumbuh menjadi student agency yang memiliki poin-poin komponen profil pelajar Pancasila.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Visi berupa gambaran mental masa depan yang dipengaruhi oleh kenyataan yang diharapkan, kepercayaan serta keyakinan terhadap nilai-nilai, dan ketertarikan akan prestasi, capaian, atau keunggulan. Seorang calon guru penggerak diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi yang berpihak pada murid, kolaborasi dengan para guru dan pemangku kepentingan. Sesuai dengan visi guru penggerak, maka pemimpin pembelajaran harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan menjalankan rencana program sekolah dengan dukungan para pemangku kepentingan (stake holder) dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid untuk mewujudkan agency yang memiliki poin-poin komponen profil pelajar Pancasila.

Modul 1.4 Budaya Positif

Lingkungan sekolah yang positif dapat membuat warga sekolah merasa aman dan nyaman berada di sekolah. Keadaan demikian dapat memunculkan nilai-nilai positif dari warga sekolah. Nilai positif akan membuat voice, choice dan ownership murid terhadap program sekolah menjadi lebih kreatif. Lebih lanjut  pengelolaan program yang berpihak pada murid diharapkan dapat memberikan dampak positif dengan terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini akan memberi dampak positif pula bagi sekolah dan murid agar tumbuh kembang sesuai kodratnya.

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Penyusunan dan pengelolaan program/ kegiatan sekolah yang berpihak pada murid sesuai dengan pemetaan kebutuhan belajar murid seperti kesiapan belajar murid, minat belajar dan profil belajar murid. Pemenuhan kebutuhan belajar murid ini akan menjadikan murid menjadi profil pelajar Pancasila.

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Penyusunan dan pengelolaan program/kegiatan sekolah yang tentunya berpihak pada murid harus mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional yang mewujudkan keterampilan sosial emosional siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat sepenuhnya mengembalikan kesadaran penuh (mindfullness) murid. Agar dalam melaksanakan program sekolah, murid dapat merasa tenang, fokus, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menyuarakan suara, pilihan dan kepemilikan program.

Modul 2.3 Coaching

Coaching merupakan langkah yang sangat mendukung dalam menggali potensi/ide/gagasan murid, hal ini dikarenakan melalui coaching maka dapat melejitkan kinerja murid untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang dihadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Dampak coaching adalah muncul tiga aspek student agency yaitu suara, pilihan dan kepemilikan program oleh murid.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Dalam penyusunan dan pengelolaan program sekolah maka melalui tahapan BAGJA, dimana dalam setiap langkahnya harus ada kemampuan dalam pengambilan keputusan yang universal dan berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran sebagai agen perubahan, harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab yaitu keputusan yang diambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilakukan, tentunya keputusan tersebut telah harus memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini untuk mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan kebahagiaan murid serta seluruh pihak yang terlibat.

Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pengelolaan program yang akan dirancang selalu berprinsip pada manfaatnya, yaitu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pengelolaan program ini harus didukung oleh identifikasi aset/ modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga pemanfaatan dan pengefektifan sumber daya menjadi prioritas yang perlu diperhatikan oleh seluruh stakeholder yang ada.

Berdasarkan materi dalam modul 3.3 yang telah saya pelajari, kemudian saya kaitkan dengan modul lain sebelumnya, maka sangatlah besar peran guru penggerak untuk senantiasa tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas praktisi sekolah. Komunitas ini bertujuan mengembangkan program yang berpihak dan berdampak pada murid. Guru penggerak juga harus senantiasa meningkatkan kualitas belajar murid melalui pengelolaan program yang berdampak pada murid. Program-program yang berpihak pada murid akan menumbuhkan sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif menuju murid berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila.

Keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya memberikan perspektif baru bagi saya tentang program yang berdampak positif pada murid. Program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi sesuai dengan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Program-program tersebut berdampak positif pada murid untuk mewujudkan student agency yang memiliki poin-poin komponen profil pelajar Pancasila.

Melihat keterkaitan antara modul dalam Program Guru Penggerak (PGP) ini maka selaku CGP saya menarik kesimpulan bahwa tujuan akhir PGP adalah CGP sebagai guru pemimpin pembelajaran yang menjadi agen perubahan dalam mewujudkan visi Pendidikan Indonesia sesuai yang diamanatkan Ki Hajar Dewantara. CGP harus mampu menyusun dan merancang program yang berdampak positif dan berpihak pada murid. CGP berperan penting dalam menumbuhkan student agency di sekolah. Dalam praktiknya, guru melibatkan murid dalam penyusunan program melalui tahapan BAGJA, pelaksanaannya melibatkan murid dan dievaluasi melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Guru, komunitas dan murid juga membangun lingkungan yang dapat mewujudkan student agency di sekolah.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Mengikuti kegiatan guru penggerak memberikan pengalaman yang berharga bagi saya. Pengetahuan saya mengenai filosofi pendidikan di Indonesia menjadi bertambah. Saya menjadi lebih mencintai pendidikan yang lebih berbudaya Indonesia dibanding pendidikan luar negeri. Emosi saya menjadi meningkat dari awalnya pesimis menjadi optimis. Saya optimis dapat memberikan perubahan bagi pendidikan di lingkungan saya. Awal pembelajaran saya hanya mengenal bahwa mengajar menjadikan murid menjadi lebih pintar. Saat ini saya menjadi lebih paham bahwa tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan murid lebh pintar tapi menjadi lebih baik lagi sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Ke depan saya perlu memperbaiki diri dalam mencari berbagai sumber belajar yang sesuai dengan budaya Indonesia. Hal ini akan menjadikan diri saya menjadi lebih lebih kompeten dan matang sebagai pemimpin pembelajaran.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Menjelang berakhirnya pendidikan dan pelatihan Program Guru Penggerak, terdapat pertanyaan yang masih mengganjal bagi saya, yaitu bagaimana menyikapi seleksi masuk sekolah lanjut dengan filosofi pendidikan yang didapat selama PGP. Modul-modul di PGP menitik beratkan pendidikan yang berpihak pada murid, pembelajaran berdiferensiasi. Pada saat yang sama seleksi masuk berbagai jenjang pendidikan lebih lanjut masih menitikberatkan pada pengetahuan/ kognitif murid. Namun pengalaman mengikuti PGP memberikan gambaran bagi saya bahwa pembelajaran berdiferensiasi akan mematangkan murid dalam memilih sekolah lanjutan yang akan dipilihnya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tinggal melakukan coaching pada muridnya.

Jika muncul tantangan saya juga memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi. Tak lupa saya juga melibatkan pemangku kepentingan dalam menghadirkan solusi akan tantangan yang saya hadapi.

Membuat keterhubungan

Pengalaman masa lalu membuat saya belum menjadi sosok guru sepenuhnya. Saya terus belajar meningkatkan kompetensi profesional. Saya belajar dan menggali potensi diri untuk menjadikan masa depan yang up to date sesuai perkembangan kurikulum yang ada. Sebelum mengikuti PGP saya menyajikan pembelajaran konvensional. Saat ini, setelah menjadi CGP yang akan menjadi GP, pembelajaran saya menjadi lebih kreatif dan inovatif. Pembelajaran berdiferensiasi salah satu pendekatan yang wajib diterapkan. Saya semakin yakin wawasan dan insight baru dari PGP akan menjadikan saya agen perubahan membawa kemajuan ke arah yang lebih baik.

Tidak hanya pembelajaran berdiferensiasi, KSE dan segitiga restitusi menjadi andalan saya saat menangani murid-murid yang bermasalah di sekolah. Akhir-akhir ini saya juga menginspirasi murid merancang program JURI (Jumat Berkan dan Berbagi) yang sepenuhnya dirancang dan dikelola oleh murid. Namun saya menyadari bahwa apa yang saya peroleh di PGP ini masih sangat minim dalam upaya menigkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembeajaran yang berpihak pada murid. Ke depan, saya akan terus semangat belajar melalui PMM dan sumber belajar lainnya. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya adalah modul CGP ini membuat saya lebih matang secara emosional dan sosial dalam menghadapi situasi keguruan di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun