Mohon tunggu...
Aspar
Aspar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi bidang olahraga dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

28 Februari 2023   19:37 Diperbarui: 28 Februari 2023   19:42 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Aspar

CGP A.6.18 Sumatera Barat

Modul 3.2  membahas mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Pada koneksi antar materi CGP diminta untuk memberikan kesimpulan mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dan implementasinya di kelas.

Guru merupakan pemimpin pembelajaran. Oleh karenanya seorang guru harus mampu melakukan pengelolaan semua sumber daya yang terdapat dalam ekosistem sekolah lebih kecilnya ekosistem kelasnya. Sumber daya dapat berupa komponen biotik maupun komponen non biotik. Untuk melakukan pengelolaan, guru dapat melakukan menggunakan dua pendekatan, yakni:

  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian guru pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
  • Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking)adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan atau pun potensi yang positif.

Guru sebagai pemimpin di kelas seharusnyalah melakukan pendekatan berbasis asset di ekosistem yang dipimpinnya. Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama sebagai modal utama, yaitu:

  • Modal manusia
  • Modal sosial
  • Modal fisik
  • Modal lingkungan / alam
  • Modal finansial
  • Modal politk
  • Modal agama dan budaya

Guru sebagai pemimpin melakukan pendekatan berbasis aset dikarenakan berfikir berbasis aset menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana tersebut akan memunculkan pikiran atau panndangan positif untuk merubah pola pikir yang semula memandang pada kekurangan dan kelemahan mejadi memandang kekuatan atau kelebihan atau aset / potensi yang dimiliki sebagai fokus utama. Berfikir berbasis aset menjadikan guru membayangkan masa depan sehingga guru mempunyai mimpi yang ingin guru capai kelak. Dengan demikian guru akan terus memupuk aset / potensi yang telah dimiliki dan terus berupaya utuk terus berkembang.

Guru yang berpikir berbasis aset artinya guru tersebut berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih. Guru akan fokus untuk belajar dari kesusksesan yang telah diraih, dan mengupayakan secara maksimal potensi yang dimiliki untuk meraih kesuksesan berikutnya. Guru yang berpikir berbasis asset mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan) yang ada. Guru akan mampu memetakan potensi-potensi yang dimiliki oleh kelas maupun sekolah.

Berpikir berbasis aset berarti guru merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan. Sebuah rencana yang disusun berdasarkan sebuah kekuatan maka akan dapat diwujudkan dengan mudah. Pemimpin yang berpikir berbasis aset melaksanakan rencana-rencana aksi yang sudah diprogramkan, sebagai penguatan tentang bagaimana mengelola aset sekolah, berupaya memunculkan kekuatan pada aset-aset yang ada. Berpikir berbasis aset artinya selalu berpikir positif, berbasis pada kekuatan yang ada, apa yang sudah berjalan maka guru upayakan dengan memaksimalkan potensi yang ada dan bisa memajukan kemajuan sekolah

Sehingga dengan berfikir berbasis pada aset / potensi guru akan bisa fokus pada aset atau kekuatan yang dimiliki, sehingga bisa mewujudkan masa depan, guru pun akan berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih, dan guru akan bisa mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya sehingga guru akan bisa merancang rencana berdasarkan visi dan kekuatan serta bisa mewujudkan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Implementasi lebih lanjut di kelas, sekolah dan masyarakat, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat  melakukan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). PKBA menekankan pada:

  • Nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.
  • Mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
  • Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodal kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.
  • Fokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Melalui PKBA, guru mengoptimalkan semua 7 modal utama di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Implementasi di sekolah, guru dapat melakukan inventarisasi aset-aset sekolah. Hasil inventarisasi ini dikomunikasikan guru kepada pimpinan sekolah. Hasil komunikasi ini dapat digunakan oleh pimpinan sekolah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada murid.  Selain itu hasil inventarisasi asset-aset sekolah apat digunakan untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah dan mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Implementasi pada masyarakat sekitar adalah seorang pemimpin pembelajaran mampu mengelola sumber daya yang ada dan mampu menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah. Modal sosial (kerjasama) yang baik dengan lingkungan sekolah memudahkan sekolah menjalankan program-programyang berpihak pada murid.

Berikut adalah beberapa contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

  • Pemanfaatan modal manusia: Guru-guru dianjurkan meningkatkan kompetensi melalui diklat, guru senior membimbing guru muda, peningkatan kompetensi tenaga kependidikan melalui IHT dan lainnya.
  • Pemanfaatan modal alam: Guru IPA memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar murid, taman sekolah, kolam sekolah dan lainnya untuk belajar IPA.
  • Pemanfaatan modal sosial: Guru mengajak murid ke penangkaran penyu untuk belajar konservasi ekosistem.
  • Pemanfaatan modal budaya: Guru PKWU mengajarkan berbagai kuliner lokal seperti "sala lauk, rendang, gukai kalio dan lainnya" ke murid.
  • Pemanfaatan modal politik: Sekolah membuat kebijakan memanfaatkan gadget/smartphone murid untuk mensukseskan Ujian Sekolah Berbasis Web (USBW).

Contoh-contoh pengelolaan sumber daya diatas akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Ini dikarenakan pimpinan berpikir bahwa semua ekosistem sekolah adalah kekuatan, bukan kelemahan.

Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya memiliki hubungan dengan materi dalam modul-modul Program Guru Penggerak sebelumnya. Hubungan itu dijabarkan dalam uraian berikut ini.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan pendidikan haruslah didasarkan pada kodrat murid dan bertujuan mencapai keselamatan murid setinggi-tingginya. Ini berarti guru sebagai pemimpin pembelajaran wajib memetakan dan memanfaatkan semua aset yang ada di kelasnya untuk melakukan pembelajaran yang sesuai kodrat murid. Semua asset yang sudah dipetakan harus dapat mencapai keselamatan murid setinggi-tingginya.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Nilai dan Peran Guru Penggerak.

Nilai guru penggerak yaitu nilai berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflekstif. Nilai-nilai ini merupakan modal manusia yang dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran yang harus terus dikembangkan dalam mengelola aset yang ada untuk meningkat kualitas pembelajaran.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Visi Guru Penggerak.

Pemimpin pembelajaran harus mampu menyusun visi dan misi agar menjadi suatu motivasi dalam bergerak. Untuk mewujudkan visi dan misi diperlukan sebuah pendekatan inkuiri apresiatif yaitu suatu pendekatan yang berbasi pada kekuatan. Langkah-langkah BAGJA dibutuhkan suatu pengelolaan sumber daya yang bersumber pada kekuatan sehingga dapat mewujudkan suatu prakarsa perubahan.

  •  Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Budaya Positif

Perubahan positif yang ada di sekolah haruslah melalui pengelolaan sumber daya yang ada di ekosistem sekolah. Pengelolaan menggunakan pendekatan PKBA merupakan salah satu budaya positif yang diterapkan di sekolah. Hal ini dikarenakan budaya yang positif terwujud dengan mengindentifikasi kekuatan-kekuatan sesuai sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Pembelajaran Berdiferensiasi

Guru sebagai pemimpin pembelajaran wajib melakukan pemetaan pada muridnya sebagai salah satu aset manusia di kelas. Melalui pemetaan dan pengelolaan yang tepat maka akan memudahkan guru melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Pemetaan dan pengelolaan tidak hanya pada murid namun juga fisik, budaya dan lainnya yang sangat diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Kompetesi Sosial emosional (KSE)

Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki kompetensi sosial dan emosianal bagus memudahkan guru dalam mengelola semu sumber daya yang ada di ekosistem sekolah. Hal ini dikarenakan semua kompetensi yang diperlukan dalam mengelola 7 modal utama di ekosistem sekolah memerlukan kompetensi sosial emosional.

  • Hubugan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Coaching untuk Supervisi Akademik.

Memimpin merupakan seni mengelola, mengembangkan dan meningkatkan potensi orang yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, agar pengelolaan sumber daya ekosistem sekolah dapat optimal maka coaching sangat diperlukan.

  • Hubungan materi  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan 9 langkah, 4 Paradigma dan 3 pendekatan dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan dilema etika. Pengambilan keputusan ini seharusnyalah melibatkan semua aset yang ada dalam ekosistem sekolah.

Sebelum mengikuti pembelajaran modul ini saya cenderung pesimis mampu mengelola semua sumber daya yang ada di ekosistem kelas bahkan sekolah saya. Saya bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah modal yang dapat saya gunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Saya hanya berfokus pada kekurangan. Saya tidak menyadari kekurangan sendiri adalah sebuah kekuatan yang dapat dimanfaatkan sebagai modal. Seperti pepatah minang "yang pincang, penghalau ayam; yang tuli pemantik bedil; yang buta peniup lesung". Artinya kekurangan yang ada pun merupakan sebuah kekuatan jika kita gunakan sesuai peruntukannya.

Sesudah mengikuti modul ini pola pikir saya menjadi berubah. Saya menjadi optimis karena tidak memandang semua hal dari kekurangannya namun kekurangan dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan atau aset. Saya jadi dapat mengidentifkasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga dapat mewujudkan perubahan yang saya inginkan terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Saya dapat memanfaatkan 7 aset yang meliputi modal manusia, finansial, lingkungan atau alam, politik,fisik maupun modal sosial, agama dan budaya.

Hal yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini adalah saya menyadari bahwa semua yang ada di ekosistem sekolah adalah modal yang dapat dikembagkan bersama-sama dengan semua warga sekolah. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita dapat mengelola semua modal yang ada. Sangat penting sekali melakukan pendekatan inkuiri apresiatif melalui langkah-langkah BAGJA dalam mengelola aset sekolah. Hal ini semua bertujuan untuk mewujudkan visi sekolah yang sesuai dengan kodrat murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun