Sebelum mengikuti pembelajaran modul ini saya cenderung pesimis mampu mengelola semua sumber daya yang ada di ekosistem kelas bahkan sekolah saya. Saya bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah modal yang dapat saya gunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Saya hanya berfokus pada kekurangan. Saya tidak menyadari kekurangan sendiri adalah sebuah kekuatan yang dapat dimanfaatkan sebagai modal. Seperti pepatah minang "yang pincang, penghalau ayam; yang tuli pemantik bedil; yang buta peniup lesung". Artinya kekurangan yang ada pun merupakan sebuah kekuatan jika kita gunakan sesuai peruntukannya.
Sesudah mengikuti modul ini pola pikir saya menjadi berubah. Saya menjadi optimis karena tidak memandang semua hal dari kekurangannya namun kekurangan dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan atau aset. Saya jadi dapat mengidentifkasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah. Sehingga dapat mewujudkan perubahan yang saya inginkan terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Saya dapat memanfaatkan 7 aset yang meliputi modal manusia, finansial, lingkungan atau alam, politik,fisik maupun modal sosial, agama dan budaya.
Hal yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini adalah saya menyadari bahwa semua yang ada di ekosistem sekolah adalah modal yang dapat dikembagkan bersama-sama dengan semua warga sekolah. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita dapat mengelola semua modal yang ada. Sangat penting sekali melakukan pendekatan inkuiri apresiatif melalui langkah-langkah BAGJA dalam mengelola aset sekolah. Hal ini semua bertujuan untuk mewujudkan visi sekolah yang sesuai dengan kodrat murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H