Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merangkum Perjalanan Hidup di Tangga ke Dua Puluh Enam

19 Mei 2021   23:07 Diperbarui: 19 Mei 2021   23:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Jingga ..

Aku rindu mendengar lajunya kereta menuju stasiun pemberhentian  terakhir. Di kereta itu dua puluh enam  tahun . Kita merasakan desakan kereta. Tidur di lantai kereta, tangis bayi mungil yang menghias telinga kita, merengek untuk disusui.

Jingga...

Kenangan dimana kami masih berjuang meniti tangga pertama dalam kehidupan. Satu demi satu tangga kita naik bersama terkadang jatuh, terkadang terseok bahkan banjir air mata.

Bukan karena materi yang tak dapat terpenuhi namun ujian kehidupan itu teramat perih bahkan luka itu pun lama mengering.

Bukan karena dirimu, rasa lelah sering hadir namun ketidaksukaan merekalah yang membuat aku lelah. Bahkan fitnah paling keji pun hinggap melumuri tubuhku.

Namun aku tetap berdiri tegap karena janji yang pernah kita ucapkan dan perjuangan untuk bersama yang selalu menyembuhkan luka itu.

Jingga... 19051995/19052021

Hari ini tangga ke 26 telah kita jalani. Berharap di tangga ini sisa sisa kepedihan itu akan memudar dan perlahan menghilang walau kau tahu butuh waktu yang lama. 

Buah hati dari cinta kita pun telah  dewasa, mereka pun telah memahami kejamnya dunia. Merekapun sekarang mampu membela ibunya dari sebilah pedang bermata dua. 

Jingga...

Mungkin aku bukanlah istri yang terbaik untukmu seperti kata mereka, namun aku lebih memilih memahami  dari pada menjadi terbaik. Terbaik belum tentu bisa memahami. 

Aku bukanlah istri yang soleha untukmu namun aku lebih menjaga kehormatan keluargaku, karena istri soleha belum tentu menjaga kehormatan keluarganya. 

Banyak kejadian yang bisa dijadikan cermin, ke solehan hanya pamer semata, aktif di pengajian  hanya untuk di bilang soleha. Bahkan mereka tak malu mengumbar kejelekan suaminya dalam obrolan di sebuah cafe.

Aku bukanlah ibu yang baik namun aku belajar menjadi sahabat dan bagian dari anak anakku, karena ibu baik belum tentu bisa menjadi sahabat bagi anak anaknya. 

Karena ibu yang baik akan menjaga gengsinya didepan anak anaknya, tanpa ia tahu bahwa anak anaknya bukan hanya butuh seorang ibu yang baik namun butuh sosok sahabat untuk bercerita. Seorang ibu dikatakan baik jika ia mampu memposisikan dirinya dalam suasana apapun. 

Jingga...

Masih ingatkah kau, 10 tahun kita saling menjajaki diri, bahkan terputus berulang kali namun aku kembali tersambung. Mungkin itu kekuatan cinta yang Allah titipkan pada kita 

Di tahun ke 10 kita berjanji untuk saling menjaga, saling menyayangi. Berada di tangga pertama tak semulus harapan namun kita tetap berdiri. 

Di tahun ke 3, 4,5 hingga ke 10 ada yang ingin memisahkan namun sekali lagi kekuatan cinta dari Allah telah mengikat kita lebih kuat bersama buah hati kita. 

Langkah kita terseok, bahkan penuh duri dan kerikil tajam bahkan lereng yang kita lalui terlalu terjal namun jika kita terus bersama semua akan terasa mudah untuk melewatinya. 

Tangga ke 26 ini, terlalu licin, kita butuh kebersamaan yang kuat, kebijaksanaan memutuskan sebuah masalah dengan hati dan kepala dingin bukan dengan emosi. 

Pelajaran dan peer kehidupan akan terus berjalan selagi tarikan nafas masih kita rasakan. 

Mari kita bergandengan tangan agar tak terpeleset bahkan jatuh, demi ketiga buah hati kita dan cinta yang Allah titip pada kita.

Jingga....

Tanpa ada pesta, potong kue, atau pun nasi tumpeng atau sebentuk hadiah bahkan ucapan. Namun biarkan dia abadi dalam relung kalbu,  kita berdoa agar Allah mengizinkan kita untuk tetap mencintai dalam setiap tarikan nafas yang kita hembuskan. 

Palembang, 19052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun