Tuhan lebih menyayangimu itu kenyataannya
Sayang yang kami beri tak berbanding kasih yang Allah titipkan padamu.
Pada hal hari dan waktu telah kami habiskan bersamamu dalam erangan yang melilit rasaÂ
Kami bisa apa? Saat fajar datang menyapamuÂ
Dalam ketidakberdayaan yang tercipta sendiriÂ
Kemarin 40 harimu meninggalkan  kamiÂ
Dalam kesedihan, kepedihan bahkan luka yang teramat dalamÂ
Ketika kaki kami belum mampu menapak dengan benarÂ
Ketika tutur kami belumlah seindah tuturmuÂ
Sehebat apa  kami yang kau tinggalkan dalam pelukmuÂ
Sekuat apa kami ini yang kau tinggalkan dalan tangis akhirmuÂ
Kami terjebak rindu terlumpuhkanÂ
Kami terkurung dalam sekatÂ
Tangis masih terus membasah ketika mengingat perihmu menahan sakit
Gerakan hati kami melepaskan lara iniÂ
Kini bukan lagi jembatan AmperaÂ
Atau jembatan Musi empat pemisahÂ
Takdir telah menjauhkan kitaÂ
Tanpa mampu  ditolah sekalipun kau atau kami meminta.Â
Diam kami masih tersimpan kesedihanÂ
Diam kami dalam doa untukmuÂ
Sunyi tanpa dirimuÂ
Tiada tempat untuk bercerita
Beri satu detik kami untuk merasakanÂ
Bahagia bersama orang yang terkasihÂ
Dalam sujut malam kamiÂ
Untuk pengabdianÂ
Mungkin tiada arti namun kau tetap dihati kami sampai kapan punÂ
Dalam doa doa sujut dan malam Â
Tenanglah di sana, bahagia telah kau dapati bersama kekasih hatimu
 Ruang kosong, 24 april 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H