nggetarkan kalbu Â
Dengarlah sebuah kalimat meHingga lisanmu tak mampu suarakan namakuÂ
Sebab tak biasa ungkapkan;"Aku adalah Mawar bagimu."Â
Kau pernah berkata; tunggu aku di sudut kamar hatiÂ
Mengajakku menuju bahtera bahagiaÂ
Bahkan matamu tak jenuh menatapkuÂ
Sebab aku telah membunuh ke sendirianmuÂ
Yang menghantui dirimu setiap saatÂ
Mawar ! Berulang kali kau teriakan
Kau berkata; kau tanam dalam jelaga kalbuÂ
Mawar ! Lengkingan suaramuÂ
Kau bilang ; kau siram dengan manis perinduÂ
Walau aku tak pernah tahu;kau perawat ranum dirikuÂ
Aku mendengarkan pengakuan lewat nisbah ranum bungaÂ
Sebuah isyarat rasa yang perlu diterjemahkanÂ
Hingga kau ungkap satu kata; Â "Aku mencintaimu"Â
Mawar; kembali kau teriakanÂ
Tahukah kau;
Rela melepas dirimu dari hatikuÂ
Rela menghapus namamu dari ingatanÂ
Rela membunuh semai dirimu dari hasrat
Mawar; suara lebih lembut dari sebelumnyaÂ
Tak akan berujar, biarkan membisuÂ
Kau bilang aku bunga pemilik hatimu
Kau meyakini akulah semerbak wangiÂ
Dan kau bilang; kaulah tangkai penumbuh indah diriku.Â
Kali ini kubiarkan kau berkata aku mawar milikmuÂ
Yang kau jaga sepanjang  tarikan nafasÂ
Namun aku terbiasa hembusan nafas dusta dirimu
Yang menjerat jelaga hatiku; mengikat hingga memarÂ
Tapi kali ini duriku akan menusuk ke jantungmuÂ
Menyebarkan racun hingga terbawa aliran darahmuÂ
Hingga membuatmu lunglai dan matiÂ
Itu mau ku; setelah dusta tak termaafkanÂ
Ruang kosong, 13042021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H