receh demi receh, keringat yang membasahi setiap pori pori.
Aku mengumpulkan mereka dariRasa lelah tak pernah dirisaukan, keletihan akan terbayar ketika, satu, dua receh terkumpulkan.
Esok dijadikan modal untuk  mendapatkan receh demi receh kembali. Sedikit keuntungan di tabung agar bisa membuat dapur berasap.
Ketika orang bertanya,
" Apa suami tak mencukupi,"
Lebih dari cukup sayang, bukan karena dia perhitungan, dia terlalu royal untuk keluarga Â
Tahukah kau sobat. Dengan keringat sendiri menghasilkan receh demi receh akan mengajarkan kita menghargai jerih payah suami.
Rezeki yang suami beri bukan untuk membeli tas mahal, baju mahal, jalan jalan dari mall satu ke mall yang lain. Hargai satu sen yang suami dapati.
Bahkan tertawa dan bernyanyi di cafe yang membuat sesak nafas ( untukku)atau duduk duduk di tempat terbuka sembari berfoto ria.
Sedangkan suami bergelut dengan debu dan panas, bergelut dengan hitungan, bergelut dengan ribuan listrik. Di caci maki di kantor terkadang di fitnah.
Kembali ke fitrah seorang ibu, sadar diri dengan usia, benar jaman kita muda tak ada seperti jaman sekarang tapi fitrah seorang ibu jangan dilecehkan.